God Eater adalah salah satu seri hunting game terpopuler yang juga memiliki cerita dan karakter-karakter yang menarik, sementara Ufotable adalah salah satu studio yang dikenal dengan production quality yang tinggi di karya-karyanya. Kini pada perayaan 5 tahun seri God Eater, keduanya berkolaborasi dan menciptakan anime serial TV. Bagaimana hasilnya? Berikut pendapat dari kami.
God Eater menceritakan tentang sebuah dunia post-apokaliptik di mana bumi dirusak oleh monster-monster yang dinamakan Aragami (lit. dewa yang mengamuk). Monster-monster tersebut berevolusi dari oracle cell dengan cepat dan juga memakan hampir semua material yang mereka temui, termasuk besi dan bangunan. Persenjataan umum manusia tidak dapat melukai Aragami, sehingga harapan terakhir manusia berada di tangan para God Eater, para pemuda-pemudi yang mengenakan persenjataan God Arc yang juga menggunakan Oracle Cell yang dapat “memakan” dan menghancurkan para Aragami.
Serial anime ini bukanlah pertama kalinya Ufotable telah berurusan dengan God Eater, karena mereka telah mengurusi beberapa video opening dari gamenya dan juga OVA prolog untuk game pertamanya. Tetapi kali ini nampak sesuatu hal yang janggal untuk Ufotable, yaitu berbagai masalah dalam produksi anime ini yang sampai menyebabkan terjadinya penundaan penayangan animenya demi “perbaikan kualitas”.
Perlu diingat bahwa Ufotable seringkali mengerjakan animenya dengan jarak waktu yang cukup luas, bahkan sampai memberikan jeda 1 cour ketika animenya memiliki jumlah episode mencapai 2 cour seperti Fate/Zero dan Fate/Stay Night Unlimited Blade Works. Namun kini untuk pertama kalinya studio Ufotable menayangkan sebuah anime baru tepat setelah menamatkan anime lain di season sebelumnya.
Terlebih lagi, saat ini Ufotable juga mengerjakan banyak proyek, seperti Fate/Stay Night Heaven’s Feel, Tales of 20th Anniversary Animation, dan opening Tales of Berseria. Apakah ini penyebab berbagai masalah produksi anime God Eater?
Pembawaan cerita yang berbeda dengan gamenya
Hal yang pasti disadari oleh para pemain gamenya, adalah anime ini tidak mentah-mentah begitu saja membawakan ulang cerita dari gamenya. Keberadaan sang tokoh utama yang di gamenya adalah karakter buatan pemain kini digantikan oleh Lenka Uesugi, seorang God Eater tipe baru yang sebelumnya berhasil bertahan hidup dari serangan Aragami di luar kota-kota yang dilindungi oleh organisasi Fenrir.
Tidak hanya itu, banyak juga perubahan lain ke ceritanya, seperti bagaimana Lenka bergabung ke Fenrir, pelatihannya, pertemuannya dengan (calon) rekan-rekan timnya, hingga pertemuan dengan sang heroine, Alisa. Orang-orang yang sudah mengetahui cerita dari gamenya tetap bisa menikmati pembawaan cerita yang segar ini. Entah seberapa jauh perbedaan dengan gamenya ke depan, tetapi saya rasa plot utamanya akan tetap sama.
Sayangnya cerita asal-usul Aragami yang di gamenya terletak di sebuah database yang harus dibaca ini di animenya juga tidak diceritakan secara langsung di animenya. Ada beberapa flashback di tiap episodenya yang menjelaskan sedikit demi sedikit asal Aragami, namun penonton yang belum memainkan gamenya akan mudah kebingungan.
Pembawaan cerita anime God Eater sendiri sejauh ini nampak agak terlalu banyak berfokus ke sisi “edgy“, di mana ceritanya hampir selalu bernuansa serius/kelam. Meski sesuai dengan pembangunan settingnya, diharapkan ke depannya anime ini juga bisa menampilkan sisi-sisi lain dari God Eater. Di sisi baiknya, nasib karakter Eric jauh lebih baik di animenya daripada di gamenya.
Gaya gambar baru: hit or miss?
Hal yang paling menonjol dari anime ini: gaya gambarnya. Ufotable memang terkenal dengan gaya gambarnya yang detil, namun tidak seperti biasanya, gaya gambar dari anime God Eater ini memiliki tone shading yang sangat menonjol. Meski keliatan sangat bagus di adegan-adegan close-up (dan ya, ada banyak adegan close-up), gaya gambar menjadi pedang bermata dua karena sangat sulit dianimasikan, dan hal itu tampak di beberapa animasinya yang terlihat janggal.
Ufotable juga nampak berusaha membuat adegan pertarungannya semenarik mungkin, terutama di episode 3 di mana lebih dari setengah episodenya adalah adegan pertarungan yang sebagian besar juga menarik. Meski begitu, tampak juga animasi yang terlihat kurang bagus dan canggung di beberapa tempat. Tampaknya ambisi Ufotable untuk membuat adegan pertarungan super bagus seperti di awal-awal Fate/Zero dan UBW kali ini agak tertahan oleh masalah produksi dan kekurangan resourcenya.
Untungnya, salah satu hal yang sudah menjadi menjadi andalan karya-karya Ufotable, yaitu efek dan background tampil sangat bagus di sini. Efek hujan di episode 1 & 2 dan juga efek awan di episode 3 tampil sangat indah.
Seelloooouuuwwww mmooottiioooonnnn
Ketika pertama kali mendengar God Eater akan diadaptasi menjadi anime, saya langsung terpikir “Yah, yang pasti tidak bakalan ada adegan slow motion seperti di opening game God Eater 2 dan God Eater 2 Rage Burst. Di luar dugaan, ternyata ada banyak adegan di anime God Eater ini yang tampil secara slow motion, terlalu banyak malah!
Tentunya tidak seperti di opening gamenya di mana slow motionnya disajikan dengan framerate yang halus, slow motion di animenya ditampilkan dengan framerate serial tv biasa yang tidak begitu tajam. Banyaknya slow motion di kedua episode pertamanya juga bisa memangkas 3-5 menit episodenya seandainya dihilangkan.
Hal ini memberikan kesan seakan-akan slow motionnya ditaruh untuk memperpanjang waktu episodenya karena masalah produksi. Untungnya jumlah slow motion di episode 3 sudah dikurangi.
Musik keren dari gamenya + musik baru
Salah satu hal yang saya paling suka dari seri game God Eater adalah musik-musik buatan Go Shiina. Musik-musiknya yang sangat dramatis berhasil membuat tiap permainannya menjadi semakin seru. Dan tentunya musik-musik dari gamenya kembali muncul di animenya.
Selain musik-musik dari gamenya, anime God Eater juga menampilkan beberapa musik baru, termasuk beberapa insert song dalam bahasa Inggris baru. Musik-musik tersebut berhasil memberikan beberapa “warna” tambahan di animenya yang kelam ini.
Verdict: Masih ada delay lagi/10
Meski kualitasnya tetap ada di atas anime rata-rata, tidak dipungkiri anime yang mengalami masalah di produksi ini memang kualitasnya tidak sebaik anime-anime buatan Ufotable lainnya. Di dalam kepala saya terbayang sebuah skenario di mana sebenarnya Ufotable tidak ingin mengerjakan anime God Eater langsung setelah UBW dan juga ketika mengerjakan proyek-proyek lain, tetapi dipaksa untuk menayangkannya tahun ini juga karena mengejar perayaan 5 tahun serinya dan juga agar berbarengan dengan penjualan game God Eater Resurrection. Entah bayangan saya benar atau tidak.
Dari sisi saya pribadi yang menggemari gamenya, saya sangat menyenangi beberapa perubahan cerita dan penambahan lagunya yang membuat saya tetap tertarik untuk kembali melalui sebuah karya yang sudah saya ketahui ceritanya. Saya berharap kualitas animenya akan lebih baik ke depannya dan juga bisa mendorong Bandai Namco untuk akhirnya menerjemahkan game God Eater 2, God Eater 2 Rage Burst, dan/atau God Eater Resurrection ke bahasa Inggris dan moga-moga “fanart”nya jadi tambah banyak juga.
Anime God Eater adalah sebuah anime yang memiliki beberapa masalah yang terhitung cukup mengejutkan untuk sebuah seri ternama seperti Ufotable, tetapi itu tidak berarti anime ini tidak memiliki nilai bagus. Para penonton bisa menikmati gaya visualnya yang unik (ketika tidak sedang bermasalah) dan juga penuh action yang dilengkapi dengan musik-musik keren. Tetapi nampaknya target utama dari anime ini adalah para pemain gamenya yang akan dihibur dengan interpretasi ulang ceritanya yang menyegarkan,
Oh, maksud saya dari nama verdictnya? Yeah, episode 4-nya kembali ditunda dan baru akan tayang 2 minggu lagi, hadeuh.