“Thunderbolt Fantasy” yang merupakan kolaborasi antara Nitroplus, Good Smile Company, dan Pili ini banyak membuat orang bingung saat pertama kali diperkenalkan, karena nama Gen Urobuchi sendiri menempel di media yang kurang umum ini. Beberapa dari kalian mungkin merasa seri ini tidak relevan dengan situs yang berfokus pada anime, manga, dan pop–culture Jepang lainnya, dan saya akan menjawab sentimen tersebut dengan “I don’t care, now sit down and let me tell you about this Glorious Wuxia Insanity.” Berhubung ini adalah review yang bersifat menyeluruh, sebelum mulai saya berkewajiban untuk memberikan Spoiler Warning.
Thunderbolt Fantasy dibuat setelah Urobuchi yang diundang ke sebuah konvensi di Taiwan melihat booth milik Pili dan langsung keranjingan produksi seri mereka. Beberapa staf produksi Pili sendiri merupakan fans dari karya Urobuchi sehingga setelah diskusi antar pihak, dibuatlah sebuah seri Wuxia yang “sederhana” dan mudah dikonsumsi oleh mereka yang belum terlalu mengenal genre Wuxia ataupun medium penceritaannya. Dengan itu lahirlah Thunderbolt Fantasy Project (Pili merupakan bahasa mandarin dari Thunderbolt)
Di Taiwan sendiri seri acara semacam ini sudah umum. Saking umumya Pili sendiri bisa memproduksi dua acara tiap minggunya. Pertunjukkannya memiliki akar dari opera Cina sehingga di versi Taiwan-nya sendiri semua karakter laki-laki disuarakan oleh satu orang saja. Bobot rata-rata tiap boneka sekitar 6 Kg dan saya sangat menyarankan kalian untuk melihat video behind-the-scene seri ini karena obsesi para stafnya untuk membuat stunt dan efek praktikal sudah terlihat seperti sirkus.
Amazing production quality effective pacing
Kompetensi dan kualitas produksinya bagi kalian yang sudah menontonnya dapat dengan jelas dilihat. Mulai dari penggunaan besi asli untuk persenjataan, menghancurkan banyak boneka mahal untuk stunt-nya, dan pemberian karakterisasi dari para dalang, kalian yang jeli dapat melihat bahwa tiap karakter memiliki gaya berjalan mereka sendiri. Namun ada dua aspek produksi yang sulit dilihat dan sangat saya kagumi dari seri ini.
Yang pertama adalah para “aktor” boneka yang sangat tidak cocok untuk dilihat close–up untuk waktu lama, sehingga hal ini memaksa Urobuchi yang sangat hobi dalam menulis eksposisi panjang menjadi lebih efektif dalam penulisan dialog dan penyampaian eksposisi. Saya menyadari hal ini karena saat memilih gambar karakter untuk review ini, sulit sekali mencari yang tidak terlihat “aneh.”
Begitu juga dari sisi staf produksi yang harus berurusan dengan heroine non-standard (untuk standar acara Pili) seperti Dan Fei/Tan Hi. Dikatakan Dan Fei sendiri memiliki perangai yang tidak umum sehingga sang dalang harus menambah repertoir baru untuk memainkan perannya dengan baik, saya sangat berharap tipe karakter ini dapat tersebar ke acara Pili lainnya.
Untuk casting para karakter, salah satu hal yang cukup lucu adalah kebanyakan seiyuu-nya merupakan veteran seri Fate. Sekali lagi kita kedapatan Tomakazu Seki sebagai antagonis arogan yang obsesinya adalah mengkoleksi pedang legendaris, Junichi Suwabe yang punya banyak pedang, dan Rikiya Koyama sebagai pembunuh profesional.
Musik Sawano, yang di review sebelumnya sudah saya anggap terjebak pada typecast tertentu; untungnya cukup baik penggunaannya disini, agak unik juga mendengar saxophone di sebuah cerita Wuxia. Untuk opening-nya sendiri, walaupun saya menyukainya, entah kenapa respon umum saat saya memperlihatkan opening-nya ke orang lain adalah “T.M.Revolution ngapain ada disini?”
A very well executed Wuxia story
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, cerita wuxia Thunderbolt Fantasy didesain agar mudah diserap, sehingga struktur cerita seri ini kurang lebih adalah standar genre ini. Kalian yang sudah pernah menonton “film silat” seharusnya sudah familiar dengan cerita yang dimulai dengan artifak sebuah perguruan yang dicuri sekte “jahat”, pengumpulan party member untuk menghadapi tantangan utama, dan konflik akhir yang mengungkapkan kebenaran dari artifak yang bersangkutan. Hanya saja berhubung nama Urobuchi menempel di cerita ini, tentunya akan ada komplikasi tersendiri pada narasinya.
Ada dua misteri yang membuat saya terus bersemangat untuk menonton seri ini tiap minggunya, misteri pertama adalah “Apakah ini benar cerita Wuxia?” karena di paruh akhir seri ini rencana dari Lin Xue Ya/Lin Setsu A terungkap dan hal tersebut mengubah proyeksi cerita dari sebuah petualangan Wuxia standar menjadi sebuah konspirasi panjang untuk mengakhiri Mie Tian Hai/Betsu Ten Gai.
Dengan perubahan tersebut, beberapa aspek seperti penggunaan tenaga dalam/ki yang mungkin sudah menjadi pengetahuan umum untuk genre ini, dan semua Xia (pendekar) umumnya bisa melakukan hal-hal seperti transfer tenaga ataupun menggunakannya secara ofensif; menjadi dipertanyakan, karena hal ini menunjukkan bahwa identitas beberapa karakter patut dicurigai.
Hal tersebut dengan sukses membuat tim “protagonis” lebih mencurigakan dari antagonis utama dan menunjukkan misteri kedua seri ini, “Siapa sebenarnya Shang Bu Huan/Sho Fu kan?” Cerita sudah jelas menunjukan bahwa Shang bukan Xia biasa dan jelas jauh lebih kuat daripada Xia lainnya, hanya saja daya tarik utama dari karakternya adalah loyalitas dan motivasi miliknya terus menjadi misteri sampai di akhir cerita. Urobuchi sendiri sering menulis protagonis mayoritas memiliki latar belakang yang bermasalah sehingga saya sendiri punya prediksi bahwa dia akan berkhianat menjelang akhir ceritanya.
Di tengah kelompok yang berisi penjahat dan orang yang kelewat naif, sang protagonis dengan elegan dapat menjadi karakter yang paling mencurigakan. Namun seperti yang bisa kita lihat di ending-nya yang anti-klimatik (yang akan saya jelaskan di poin berikutnya) identitas Shang justru mengungkap lebih banyak informasi tentang dunia-nya. Saya juga bisa mengatakan bahwa ini adalah satu dari sedikit karya dari Urobuchi yang akhir ceritanya berakhir dengan baik.
Concerning the anti-climatic ending
Salah satu aspek yang mungkin mengecewakan beberapa penonton adalah konflik akhirnya yang anti-klimatik. Lin sendiri diungkap sebagai Xia yang luar biasa kuat dan dengan mudah mengalahkan Mie Tian Hai, sementara Shang sendiri memiliki 36 pedang pusaka yang menjadi sumber konflik dari ceritanya. Komplain yang ditujukan secara umum ditujukan pada betapa mudahnya konflik akhir cerita ini ditanggulangi.
Saya akan memberi persepsi saya atas ending-nya, mari kita mulai dari yang sederhana dulu. Fakta bahwa Shang memiliki 36 senjata pusaka yang baru dia gunakan di akhir cerita. Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena beberapa petunjuk seperti pengetahuan Shang yang anehnya cukup spesifik pada aspek senjata pusaka di beberapa episode. Motivasinya yang kurang tinggi untuk membantu Dan Fei juga diungkap bukan karena kurangnya kepedulian dia pada masalah orang lain, namun dari perspektif Shang dia sudah mengalami cerita ini setidaknya 36 kali.
Komentar akhir Shang bahwa konflik semacam ini diakibatkan oleh para Xia yang kelewat ambisius dan pertapa sakti yang seenaknya membuat artifak semacam ini menunjukkan bahwa untuk standar dunia Thunderbolt Fantasy, konflik semacam ini hanyalah sekedar kejadian sehari-hari. Hal inilah yang membuat saya senang dengan anti-klimaks ini karena ending ini mengungkap skala sebenarnya dari konflik cerita sekaligus kesadaran dari genre Wuxia yang kebanyakan konfliknya selalu saja didasari oleh orang ambisius yang menginginkan artifak/senjata/kitab sakti.
Untuk kemampuan Lin sendiri, kita perlu melihat lebih dekat dengan dua aspek yang sangat lekat dengan cerita Wuxia, “Reputasi” dan” Ambisi.” Untuk reputasi kita bisa melihat bagaimana reputasi seseorang mempengaruhi interaksi satu karakter dengan karakter lainnya, Sha Wu Sheng/Setsu Mu Sho yang memburu Xia dengan reputasi besar, Shou Yun Xiao yang reputasinya tidak sebersih yang Juan/Ken kira dan membuatnya menyerah untuk menjadi “pahlawan,” dan tentunya Lin dan Mie yang menyembunyikan reputasi kekuatan mereka sebagai Xia legendaris di pertarungan klimaks mereka. Tentunya Shang yang sama sekali tidak memiliki reputasi, setidaknya sampai di klimaksnya; justru menjadi karakter yang paling mencurigakan.
Dari deskripsi diatas dapat dilihat bahwa Thunderbolt Fantasy melihat reputasi lebih sebagai beban dan kelemahan. Pandangan yang cukup unik di genre Wuxia yang melihat reputasi sebagai hal yang prestisius. Pada akhirnya karakter yang membuang ataupun mahir menyembunyikan reputasi merekalah yang selamat sampai di akhir cerita.
Untuk Ambisi, Empat karakter menghidupi empat langkah yang dijalani seorang Xia dan saya rasa ini adalah tema dan filosofi utama dari Thunderbolt Fantasy. Sha Wu Sheng, adalah Xia yang terobsesi dalam menunjukkan reputasinya sebagai pembunuh, namun langkahnya terhentikan oleh Mie Tian Hai yang tidak peduli dengan reputasinya karena dia yakin dirinya-lah Xia terkuat di dunia.
Mie Tien Hai secara arogan lalu memburu senjata dan harta yang sesuai dengan Xia sekuat dirinya, namun dia kalah oleh Lin Xue Ya yang tidak peduli dengan harta ataupun reputasinya sebagai Xia. Lin yang sudah bosan setelah mencapai puncak kemampuan seorang Xia, berambisi untuk menikmati hidup dengan mempermalukan dan menghancurkan ambisi Xia lain yang pantas dihancurkan. Hanya saja dia gagal mengantisipasi apa yang akan seorang Xia lakukan setelah kehilangan segalanya, yang berujung pada hancurnya harapan terakhir untuk menyegel Yao Tu Li.
Akhirnya kita sampai ke Shang Bu Huan, yang sama sekali tidak memiliki obsesi pada harta, reputasi, ataupun ambisi yang destruktif. Dia adalah seorang Xia yang mengunakan batang kayu karena “membunuh harusnya bukan sebuah hal yang mudah dilakukan” dan hanya ingin mengurangi penderitaan dunia dengan mengamankan senjata-senjata yang walaupun berguna untuk melindungi dunia manusia, seringkali jatuh ke tangan yang salah.
Perlu diketahui bahwa di cerita Wuxia, sang pahlawan tidak mendapat kedamaian setelah dia menyelesaikan konflik utamanya. Seorang Xia baru akan mendapatkan kedamaian setelah dia membuang ambisi dan nafsunya sebagai Xia dan memulai hidup yang damai. Cerita Wuxia yang berkualitas umumnya sadar bahwa perjalanan hidup seorang Xia sangatlah destruktif dan perjalanan mereka baru akan berakhir setelah mereka berhasil meredam ambisi mereka. Jadi bisa dibilang walaupun Shang sudah mencapai “puncak” sebagai seorang Xia, Juan adalah “pemenang” utama season satu ini.
Urobuchi sendiri pernah mengatakan bahwa dia merupakan fans karya Wuxia Gu Long. Untuk kalian yang kurang familiar dengan karya Wuxia, Gu Long adalah salah satu penulis cerita Wuxia terbesar selain Jing Yong , yang contoh karyanya adalah Legend of Condor Heroes yang kemungkinan besar lebih familiar bagi kalian. Cerita karya Gu Long umumnya melibatkan lebih banyak konflik ideologi/filosofi antar Xia dibandingkan konflik fisik Jin Yong, sehingga karya Urobuchi yang satu ini saya rasa sudah memiliki fondasi dan konsistensi yang kuat untuk dibangun lebih lanjut.
Verdict: More of this, please
Ini adalah seri yang berhasil mengejutkan saya tiap episodenya baik dengan kualitas produksi yang luar biasa kompeten dan penulisan cerita Urobuchi yang “dipaksa” untuk menjadi lebih efektif. Perlu diketahui juga bahwa masa kecil saya yang dipenuhi oleh manhua Wuxia karya Tiger Wong kemungkinan besar terlalu mewarnai bias saya untuk acara semacam ini.
Yang jelas, saya sangat berharap kesuksesan Thunderbolt Fantasy bisa memberi angin baru untuk genre Wuxia di pasar yang lebih luas dan sekuel selanjutnya dapat mendapat dukungan yang lebih besar.
bukan_randy
Saya coba rangkum singkat saja reaksi saya mengenai seri yang satu ini di tiga waktu yang berbeda.
– Sebelum menonton Thunderbolt Fantasy: “Ini Urobuchi mabuk apaan sih bikin drama boneka, pakai seiyuu-seiyuu ternama pula lololol.”
– Setelah menonton episode 1: “Wuahahahahahah production quality-nya lebay abis!”
– Setelah menonton sampai tamat: “Ini adalah salah satu kandidat kuat untuk ‘anime’ terbaik tahun ini, serius.”
Urobuchi kembali menghadirkan karakter-karakter yang menarik dan cerita yang memiliki makna di belakangnya tapi juga mudah dicerna dan menarik di depannya (plis guys, Urobuchi itu ga cuma “dark dan pasti ada yang mati” doang). Ketika awalnya saya tertarik dengan seri ini hanya untuk lucu-lucuan saja, beberapa episode kemudian saya benar-benar tertarik dengan asal-usul karakternya dan apa yang akan terjadi berikutnya.
So yeah, acara ini di luar dugaan bisa membuat weekend saya di season kemarin sangat seru (ditambah dengan JoJo’s Bizarre Adventure dan 91 Days juga). Terima kasih banyak kepada Urobuchi dan seluruh staff karena saya benar-benar menikmati acara ini.
The post [Review] Thunderbolt Fantasy appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.