Rilisnya PlayStation 4 bisa dibilang menghadirkan angin unik ke industri game karena game yang awalnya diumumkan untuk PS3 tetapi kemudian tidak rilis-rilis, tiba-tiba menjadi kenyataan di PS4. Beberapa contohnya adalah The Last Guardian, Nioh, dan bahkan hingga Final Fantasy VII Remake yang sudah diminta oleh banyak fans. Tetapi game yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak orang kemungkinan besar adalah “Final Fantasy XV,“ yang sebelumnya dikenal sebagai Final Fantasy Versus XIII yang pertama kali diumumkan pada tahun 2006.
Bagaimana tidak ditunggu oleh banyak orang. Sejak pertama kali diumumkan, orang-orang sudah tidak sabar untuk mengendalikan Noctis dan kawan-kawan yang menjelajahi dunia Final Fantasy baru. Sayangnya, game ini lama menghilang tanpa memberikan informasi baru. Tetapi semuanya berubah ketika PlayStation 4 diumumkan. Sutradara untuk game ini juga berganti dari Tetsuya Nomura menjadi Hajime Tabata yang terkenal menangani Final Fantasy Type-0.
Petualangan Bersama Teman
Final Fantasy XV menceritakan tentang pangeran Noctis yang harus pergi ke Altissia untuk menikah dengan Lunafreya. Tentunya Noctis tidak pergi sendirian, dia ditemani oleh pengawal yang sudah menemaninya sejak lama, karena itu mereka terlihat sangat akrab. Di tengah perjalanan, mereka mendengar berita bahwa Insomnia, tempat mereka berasal, diserang oleh Niflheim Empire yang sebelumnya membentuk perjanjian damai. Niflheim ingin mencuri kristal di Insomnia yang memiliki kekuatan yang besar. Karena itu, Noctis dan kawan-kawannya pun mulai mencari cara untuk menghentikan Niflheim Empire.
Dari segi cerita, Final Fantasy XV memang menghadirkan cerita yang tidak terlalu unik dan masih khas ala RPG pada umumnya. Tetapi yang membuat Final Fantasy XV adalah kisah petualangan Noctis dan kawan-kawannya. Kisah petualangan Final Fantasy lainnya terasa lebih seperti petualangan menakjubkan bersama rekan party melawan pasukan jahat yang besar. Sedangkan kisah petualangan Noctis bersama kawan-kawannya lebih terasa seperti petualangan jalan-jalan bersama teman kalian. Interaksi mereka akan membuat kalian ingat dengan bagaimana kalian menghabiskan waktu bersama teman-teman kalian.
Sistem Pertarungan yang Sederhana
Selain cerita, hal yang disukai fans dari seri Final Fantasy adalah sistem pertarungannya yang penuh strategi. Final Fantasy XV menghadirkan sistem pertarungan yang sangat berbeda dengan game-game utama Final Fantasy lainnya. Final Fantasy XV adalah action RPG dengan sistem pertarungan yang berorientasi ke aksi, seperti game RPG buatan Amerika atau Eropa.
Kalian bisa menyerang dan menghindar dengan mudah, masing-masing menggunakan tombol yang berbeda. Ketika menghindar dan melakukan warp shift, MP akan berkurang. Tetapi kalian tidak perlu khawatir karena MP hanya untuk digunakan kedua hal itu saja. Magic dalam game ini berupa item yang bisa kalian equip. Cara kerjanya mirip dengan granat.
Sistem pertarungannya memang sangat mudah dimengerti dan Square Enix pun menawarkan Wait Mode untuk kalian yang tidak terlalu jago bermain game tipe action RPG. Tetapi sayangnya hal ini juga memberi kekurangan: kalian bisa bertarung tanpa strategi. Hanya dengan menyerang dan menghindar saja kalian bisa memenangkan pertarungan. Untuk musuh yang jauh lebih kuat pun, asal kalian sabar dan jago menghindar, kalian pasti bisa mengalahkannya. Hal lain yang cukup mengecewakan lagi adalah tidak bisa mengendalikan anggota party. Kalian hanya bisa memberi perintah saja untuk aksi khusus. Kalau AI party pintar sih tidak masalah, sayangnya kualitas AI game ini kurang mumpuni.
Ada dua hal yang cukup mengesalkan saya dari AI-nya. Hal pertama adalah ketika karakter kalian sekarat, anggota party akan mendekati kalian untuk melakukan revive. Sayangnya, kadang mereka bertindak bodoh. Contohnya adalah Ignis berada di posisi sebelah kalian, tetapi dia tidak melakukan revive, malah menyuruh Prompto yang posisinya lebih jauh untuk melakukan revive. Hal kedua adalah aksi Prompto yang kurang pintar. Dia bertarung menggunakan pistol dan memiliki HP yang paling rendah, tetapi entah kenapa dia lebih sering maju ke kerumunan musuh, bukannya menyerang dari jauh.
Tidak hanya itu, gerakan kamera pada saat bertarung juga kadang mengganggu. Posisi kamera sering kali berada di balik pohon membuat kalian tidak bisa melihat apa-apa. Belum lagi ketika kalian melakukan lock-on ke musuh yang besar. Hal ini akan membuat posisi kamera jadi berada di dekat Noctis atau dari posisi yang sangat tinggi, sehingga membuat pertarungan sulit dilihat. Sering kali saya bertarung tanpa melakukan lock-on karena gerakan kameranya tidak beres.
Proses Pengerjaan yang Terburu-buru
Dulu, Final Fantasy XIII diprotes karena game-nya terlalu linear dan bagian gameplay yang bebas baru ada di bagian akhir. Final Fantasy XV tidak seperti itu karena menghadirkan dunia open-world yang sangat berbeda dengan game-game Final Fantasy sebelumnya. Sayangnya, dunianya tidak benar-benar bisa dijelajahi dengan bebas. Sering kali kalian bertemu dengan tembok tidak terlihat yang membatasi jalan kalian dan juga danau yang tidak bisa kalian lewati sehingga harus memutar. Hal lainnya yang cukup membuat kesal adalah mobil Regalia yang hanya bisa jalan di jalur yang ditentukan saja, tidak bisa dikendalikan secara bebas.
Tetapi yang paling terasa dari game ini adalah proses pengerjaan game-nya yang buru-buru demi mengejar deadline jadwal rilis. Wilayah yang bisa kalian jelajahi dengan bebas hanyalah wilayah Lucis saja. Di sana pun hanya terdapat satu kota besar saja yaitu Lestallum, sisanya hanya berupa outpost kecil tempat istirahat dan isi bensin. Memang ada kota lain yaitu Altissia, tetapi kota tersebut “berdiri sendiri” dan tidak ada wilayah sekitar yang bisa kalian jelajahi.
Proses pengerjaan yang terburu-buru semakin terasa apabila kalian melanjutkan ceritanya. Setelah kalian melewati area Lucis yang open-world, kalian akan berada di stage yang linear hingga tamat. Jadi bisa dibilang game ini adalah kebalikan dari Final Fantasy XIII, dunia yang bebas di awal lalu menuju ke dunia yang linear di bagian akhir.
Salah satu bagian yang paling dikritik banyak orang adalah chapter 13. Saya tidak akan membahas tentang cerita di chapter ini, tetapi memang chapter ini membuat kesal. Entah kenapa tiba-tiba gameplay berubah total dan terasa menjadi sangat pelan. Selain itu, di chapter ini juga terjadi banyak hal tanpa penjelasan. Saking banyaknya kritik, Square Enix sampai akan membuat patch untuk memperbaiki chapter ini.
Menurut rumor yang beredar, Square Enix memaksa tim yang mengerjakan Final Fantasy XV untuk bisa merilis game-nya sebelum 2016 berakhir. Karena itu, banyak konten yang harus dipotong atau bahkan dibuang dari game-nya. Sayangnya, hal ini sangat mempengaruhi produk akhirnya. Belum lagi ini adalah game Final Fantasy pertama yang open-world, jadi resource yang ada difokuskan untuk pembuatan dunianya yang cukup luas, sedangkan sisanya terasa kurang terpoles.
Verdict: Bro/10
Apakah penantian 10 tahun untuk Final Fantasy XV terbayar? Bagi saya pribadi, berbagai kekurangan yang ada di game ini dan juga dunia yang open-world membuat petualangan di Final Fantasy XV terasa kurang epic. Apalagi jika dibandingkan dengan kenangan kalian memainkan game-game Final Fantasy klasik yang membuat nama Squaresoft (sekarang Square Enix) sangat terkenal.
Tetapi selama bermain Final Fantasy XV, perasaan yang dirasakan bukanlah semangat untuk menyelamatkan dunia. Yang saya rasakan asyiknya menghabiskan waktu bersama teman, baik itu ketika melawan monster, ketika naik mobil bersama menuju tujuan, bahkan hingga sesi foto bersama teman. Jadi kalau suka menghabiskan waktu bersama teman-teman kalian, Final Fantasy XV pasti akan kalian nikmati.
The post [Review] Final Fantasy XV appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.