Warning: artikel ini ditulis oleh seorang penggemar BL, jadi mohon maaf kepada mereka yang kurang suka dengan BL, karena ada opini yang mungkin kurang berkenan dengan selera kalian.
“…Tidak hanya manusia, tetapi semua yang hidup di dunia ini pasti akan mati. Kematian adalah hadiah yang dianugerahkan kepada semua yang hidup. Karena kematian adalah cermin yang dengan jelas menceritakan kehidupan seseorang…”
Sebenarnya saya tidak begitu niat menonton Trickster ini, karena saya sudah cukup lelah dengan genre detektif (lebih tepatnya, capek nungguin kapan tamatnya). Apalagi bawa-bawa nama ‘Edogawa’, saya semakin ragu untuk coba menontonnya. Namun karena desain orisinal anime ini adalah Peach-Pit-sensei, yang notabene adalah salah satu mangaka shoujo favorit saya (Shugo Chara!, Rozen Maiden, dll), maka untuk menghormati beliau, saya akhirnya menyempatkan diri menonton Trickster sambil menunggu Yuri!! on Ice yang tayang di hari Kamis.
Ternyata baru lima menit saya menonton, saya sudah jatuh hati dengan ide cerita, art, dan karakter-karakternya; dan yang paling penting, interaksi karakter-karakter di sana dapat memanjakan mata, hati, dan imajinasi beberapa kaum tertentu.
Art yang sangat memuaskan
Trickster diproduksi oleh dua rumah animasi yaitu TMS Entertainment dan Shin-Ei Animation, disutradarai oleh Masahiro Mukai dan ditulis oleh Erika Yoshida. Desain adaptasi dikerjakan oleh Shinya Yamada, serta musik oleh Yuki Hayashi. Well, saya sama sekali nggak expert mengenai rumah produksi, kualitas gambar, ataupun kehalusan gerak suatu animasi. Jadi saya tidak akan membahas itu lebih jauh.
Yang saya tahu saya sangat menyukai art-nya, mulai dari pemilihan warna yang cenderung pastel-tinted, latar yang crystal-clear, dan juga desain karakternya yang memanjakan mata. Apalagi setting-nya adalah masa depan sekitar tahun 2030-an; Jepang digambarkan sangat high-tech di sini. Kapan, ya, yang seperti itu jadi kenyataan?
Saya bisa merasakan dengan jelas sentuhan Peach-Pit-sensei di sini, tetapi karena demografinya adalah shounen, maka saya juga menyadari bahwa Sensei mengurangi efek kira-kira (bling-bling) di karakter-karakternya yang biasanya untuk shoujo. Namun seperti yang saya duga pula, Sensei tidak mengurangi tingkat ke-ikemen-an atau ke-bishounen-an karakter pria di sana, juga tingkat keimutan dan keanggunan karakter perempuannya (dan juga trap).
Saya tidak tahu apakah budget proyek ini tinggi atau tidak, tetapi saya cukup jarang menemukan gerakan-gerakan yang sloppy atau gambar yang terlihat dikerjakan seadanya. Sampai sekarang saya sangat menikmati keseluruhan animasi serial ini.
俺は死にたいだけなんだ!“Aku hanya ingin mati!”
Sekalipun tertulis Edogawa Ranpo “Shounen Tanteidan” yori, bukan berarti cerita anime ini adalah adaptasi langsung dari novel-novel Edogawa-sensei yang sudah puluhan tahun lamanya. Cerita anime ini bisa dibilang terinspirasi dari dua novel karangan beliau yaitu Shounen Tanteidan dan Kaijin Nijuu Mensou.
Cerita dimulai dari seorang remaja laki-laki imut bernama Yoshio Kobayashi yang tidak diketahui asalnya, umurnya, bahkan masa lalunya (dan gak pake sepatu juga). Namun keanehannya tidak hanya sampai di situ. Keanehan terbesar pada dirinya adalah bahwa dia dikelilingi semacam barrier yang maha sempurna, sehingga dia terlindung dari apapun yang akan menyebabkan luka atau sakit. Lebih tepatnya mungkin menghancurkan segala sesuatu yang akan membahayakan dirinya.
Hal itulah yang membuat saya mengerti kenapa Kobayashi sangat ingin untuk mati, karena sekalipun dia bisa hidup selamanya, dia harus hidup sendirian karena dia tidak ingin melukai siapapun. Selama kamu manusia yang punya hati, melihat nyawa-nyawa berguguran karena berdekatan dengan dirimu, manusia ataupun bukan, adalah hal yang sangat menyakitkan kan?
泣かないで、彼氏 花咲がいつも側にいるよ (Jangan nangis, pacarmu Hanasaki akan selalu berada di sampingmu)
Kemudian tanpa sengaja Kobayashi bertemu dengan salah seorang anggota Shounen Tanteidan yang enerjik dan punya jiwa keadilan yang tinggi (juga senyum nyengir-nya yang keren) bernama Kensuke Hanasaki. Hanasaki yang merasa tertarik oleh kemampuan Kobayashi akhirnya mengajaknya bergabung dengan klubnya dan berjanji bahwa suatu saat dia akan mengabulkan keinginan Kobayashi.
Could you please keep this blazer rather than those jumpsuits? Handsomeness 1000x
Shounen Tanteidan sendiri adalah semacam grup detektif remaja laki-laki yang dipimpin oleh Kogorou Akechi, seorang detektif pemalas tetapi jenius. Anggotanya yang diketahui sampai episode ketiga, termasuk Kobayashi, berjumlah lima orang. Namun melihat opening dan ending song-nya, saya rasa anggotanya berjumlah lebih dari itu.
Tokoh ‘jahat’ utama di anime ini adalah, tak lain dan tak bukan si Nijuu Mensou (Si Dua Puluh Wajah) itu sendiri. Kenapa saya bilang ‘jahat’, karena saya tak yakin apakah dia benar-benar jahat, apalagi dia memiliki prinsip bahwa sampai kapanpun dia tidak akan membunuh orang. Dari sinilah kita tahu kasus pembunuhan sepertinya akan cukup jarang kita temui. Dan memang sampai episode ketiga, kasus yang ditemui bukan kasus pembunuhan.
Secara umum, saya rasa ide ceritanya tidak begitu unik, tetapi firasat saya mengatakan bahwa plot ini sangat menjanjikan. Saya yakin dalam kurang lebih dua puluh episode kedepan, kita tidak hanya disuguhkan kasus ‘pembunuhan lalu selesai’ seperti Detektif Conan, tetapi kita juga akan melihat bagaimana masa lalu dan hubungan para tokoh yang akan membuat cerita ini semakin menarik, sebelum akhirnya kita dihadapkan pada pilihan apakah Kobayashi akan dibunuh atau tidak.
Sebagai informasi tambahan untuk pembaca laki-laki, seorang anggota Shounen Tanteidan yang hikkikomori tapi jago komputer dan super moe bernama Makoto Noro saya duga berjenis kelamin Hideyoshi.
‘Shounen’, Bro! ‘Shounen’!!!
Fujo-bait dengan takaran yang cukup
Apa sih yang kita (fujoshi dan fudanshi) harapkan dari sekumpulan detektif remaja dan seorang om-om ganteng dan punya masa lalu misterius? Saling menyemangati, mendukung, menyakiti (menyakiti hati ya, ‘nyakitin’ yang lain belum), airmata, skinship, pokoknya: hints.
Tentu kita tak bisa menyandingkannya dengan YoI yang hints-nya lebih banjir dibanding Free!, Haikyuu!!, dan KuroBas digabung jadi satu (ehem, episode 7). Namun bagi saya, Trickster, bersama dengan Natsume Yuujinchou Go sebagai penyedap rasa, memberikan asupan appetizer yang cukup sebelum saya menyantap main course di hari Kamis.
Kalian bisa bayangkan, setelah sekian lama menghindari manusia, Kobayashi akhirnya bertemu seseorang yang care sama dia, yaitu Hanasaki. Tentu saja dia jatuh dalam tsundere mode. Sedikit-sedikit, “Urusee!” sedikit-sedikit, “Betsu ni…” senyum saja gak pernah, tetapi bukan berarti Hanasaki menyerah. Rasa perhatian Hanasaki yang perlahan tapi pasti, akhirnya membuat Kobayashi manut sama dia, dan cuma sama dia. Kobayashi jadi seperti anak anjing yang terus-terusan diajak jalan-jalan dan ngintilin tuannya ke mana-mana (adorable banget kan tsun-tsun yang kayak gitu!).
Rasa perhatian Hanasaki juga tidak main-main. Sekalipun dia berjanji akan membunuh uke-nya Kobayashi, tetapi sudah dari episode pertama dia berkata pada bos-nya, Detektif Akechi, bahwa dia akan berlomba dengan dirinya sendiri, berlomba untuk membunuhnya atau membuatnya untuk ingin terus menjalani kehidupan. Karena itulah selain mencoba berbagai cara untuk membunuh Kobayashi, dia juga membuat Kobayashi merasakan kehidupan orang normal. Salah satunya adalah dengan menentukan tanggal ulang tahunnya dan mengadakan pesta kejutan ulang tahun diam-diam untuk Kobayashi (so sweet banget kan).
Selain itu, Hanasaki dkk juga memberikan hadiah spesial yaitu membawa ‘tempat tidur’ Kobayashi yang berupa gondola rusak, ke atap rumahnya Detektif Akechi, agar mereka bisa tinggal bareng. Dan di akhir pesta, kita dihadapkan pada fakta bahwa Hanasaki melihat-lihat foto Kobayashi yang merekahkan senyumnya.
Iya, saya juga senyum bahagia ngeliat kalian, kyaaaa pelukkk!
Belum lagi kita juga disuguhkan pemandangan indah dari Hanasaki saat dia mengenakan blazer sekolahnya atau saat dia memperlihatkan sleeveless hitamnya (lanky but built enough IMO, uggh). Oh, dan tak perlu saya bahas adegan saat mereka berenang dan main pistol air (beserta arti implisitnya, nanti tulisan ini gak boleh di–publish).
God, WHAT WERE YOU TWO DOING?!
Sayang karena barrier-nya, kita masih belum (berarti akan) disuguhkan skinship antara mereka berdua. Namun bukan berarti asupan skinship sama sekali tidak ada di sini. Anggota klub lain, Ryou Inoue, memberikan sumbangan yang cukup buat kita-kita bersama dengan teman masa kecilnya yang juga mantan anggota klub detektif shounen ini, Masaharu Shouta. Jujur, pertama kali lihat, Inoue has many high qualities to be a boyfriend material, tetapi ketika osananajimi-nya muncul, saya rela menyerahkan Inoue-san seutuhnya untuk Shouta-senpai.
Pffft, butt touch
Dan jangan lupa, Ranpo Edogawa-sensei terkenal akan ketertarikannya dalam membahas tokoh laki-laki yang jatuh cinta dengan laki-laki juga, seperti terlihat di novelnya yang berjudul Kotou no Oni. Jadi dengan harapan bahwa Peach-Pit-sensei dan Yoshida-san meneruskan semangat beliau, saya berfirasat ada hubungan yang sangat dalam antara Detektif Akechi (om ganteng yang pake suaranya Ono Daisuke) dan Si Dua Puluh Wajah (seiyuu: Gackt, suaranya seksi lho). Apalagi Si Dua Puluh Wajah punya moto, “Aku tidak akan membuatmu bosan, Akechi-san.” I bet many ideas for a fan fiction will be born.
Dua om-om yang… ah, biarkan waktu yang menjawab
Verdict: Aku masih ingin terus hidup
Manusia itu serba tak bersyukur, karena itulah banyak orang yang bunuh diri tetapi banyak juga orang yang lupa akan kematian. Namun melihat bagaimana Kobayashi berjuang untuk mati serta melihat Hanasaki ingin agar Kobayashi terus hidup, saya jadi mensyukuri keduanya. Saya bersyukur masih hidup dan akan terus berjuang untuk hidup (dan lulus S2), serta menikmatinya. Namun saya juga ingin mempersiapkan sesuatu yang pasti akan tiba yaitu kematian yang tak terhindarkan. Dan dengan menonton Trickster, saya senang bisa lebih mensyukuri hidup.
Di samping itu, banyaknya misteri dan masa lalu yang belum terpecahkan di cerita ini adalah sesuatu yang sangat menarik dan patut ditunggu. Jadi saya akan meneruskan menonton Trickster.
Saya memang menuliskan banyak fujo-bait di artikel ini, tetapi ada banyak misteri dan cerita menarik di baliknya yang lurus-lurus aja. Lagipula menurut saya, karena fujo-bait di sini tidak seterang-terangan YoI, adegan-adegan tersebut sebenarnya bisa terlihat cukup biasa di mata non-penggemar BL, sehingga kalian tidak perlu khawatir mempertanyakan kelurusan kalian karena menonton ini. Saran saya, jangan coba baca kolom komentar di situs streaming manapun, termasuk Crunchyroll, karena fujoshi dan fudanshi banyak ‘menjeritkan’ kebahagiaannya di sana (termasuk saya). Jadi hati-hati ya.
The post [3 Eps Rules] Trickster: Edogawa Ranpo “Shounen Tanteidan” yori appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.