Dewasa ini, permainan mobile game atau yang lebih sering disingkat dengan sebutan mobage memang sedang menjamur. Apalagi karena kini banyak produsen smartphone yang mengeluarkan ponsel-ponsel tersebut dengan harga yang cukup murah, dan dengan spesifikasi yang cukup mumpuni. Hal ini menyebabkan tumbuhnya pengguna permainan portable game dan menyingkirkan kebutuhan untuk memiliki handheld console.
Bila dulu saya harus membawa sebuah GameBoy dengan sebuah telepon selular, sekarang saya cukup membawa sebuah smartphone dan power bank 10.000 mAh untuk memenuhi kebutuhan gaming di jalan. Bagi saya, dunia smartphone gaming ini cukup entertaining sebagai modal untuk tidak mati gaya di ruang publik, namun mungkin untuk beberapa dari kamu, hal ini tidak cukup.
Berbagai macam seri anime dan manga juga merilis versi mobage mereka, ada yang beruntung dan jadi sukses, tapi ada juga yang ditinggalkan dan mati. Di antara mereka yang sukses, game IDOLM@STER: Cinderella Girls, Love Live!, dan Fate hampir selalu muncul. Kebetulan saya memainkan ketiga judul tersebut, walaupun kini saya hanya fokus kepada Fate/Grand Order. Karena itu, banyak aspek dari artikel ini yang kemudian akan saya kaitkan dengan game yang satu itu tapi tetap applicable kepada game gacha lain.
“That also explains why I made so much article about that particular game.”
In-App Purchase dan Gacha
Dalam setiap game ini, selalu ada sebuah sistem tukar tambah khusus yang disebut dengan IAP, atau In-App Purchase, di mana kamu bisa menggunakan uang asli untuk ditukar menjadi “mata uang” dalam game. Mata uang tersebut bermacam-macam, dalam F/GO disebut Saint Quartz, dalam Deresute disebut Star Jewel, dan dalam SIF disebut dengan Loveca/Lovegem. Game-game lain juga memiliki mata uang mereka tersendiri, namun bagi saya semuanya sama saja, sama-sama bawa misery.
Mata uang ini dapat digunakan untuk memutar Gacha, sebuah sistem lotere random untuk ditukar dengan hadiah sesuai dengan keberuntungan si pemutar. Biasanya, setiap game memiliki sistem rarity sendiri, dan yang paling umum adalah R untuk kartu *3, SR untuk kartu *4, dan SSR/UR untuk kartu *5. Supaya kamu bisa menarik kartu *5, diperlukan keberuntungan berlebih karena chance-nya sangat kecil, antara 1% sampai mendekati 0%.
Biasanya, ada sebuah disparitas besar antara 2 jenis pemain yang memainkan game ini. Mereka disebut dengan pemain F2P dan P2P dan beberapa kali saya melihat perselisihan terjadi antara kedua kelompok pemain ini. Karena itu, kami minggu ini ingin membahas apa saja beda antara kedua jenis pemain tersebut.
Apa itu F2P
F2P merupakan singkatan dari Free 2 Play, artinya seseorang akan memainkan game tersebut dengan gratis tanpa menginvestasikan uang sepeserpun dalam game. Paying for your phone bill every month doesn’t mean that you’re qualified to be a P2P. Mayoritas pemain akan mengambil jalan sebagai pemain F2P, karena berbagai macam hal mulai dari keterbatasan finansial, merasa tidak perlu mengeluarkan uang, dendam kesumat kepada developer, pelit, tidak ada waifu yang diinginkan, dan masih banyak lagi.
Namun bila ditarik sebuah kesimpulan, para pemain F2P hanya ingin bermain secara gratis sesuai dengan resource yang disediakan oleh game tersebut. Apa yang menentukan isi account miliknya kemudian adalah keberuntungan masing-masing atau sentuhan dari dewa RNG. Kalau teman kamu dapat waifu kamu, harap jangan di-unfriend begitu saja, mungkin dia tidak sengaja. Nanamiku mendapat 2 Tamamo tapi saya masih berteman dengannya.
Saya, Nugrahadi, dan Etherlite sampai saat ini masih kukuh dengan pendirian kami untuk bermain sebagai free player. Sungguh berkah, Nugrahadi kini memiliki jumlah SSR terbanyak di JOI, Etherlite mendapatkan waifu-nya Illya (dasar pedo), dan saya masih kekurangan Tamamo walau akhirnya diberkahi Nero. It’s quite a feat for someone who hasn’t spend a dime on this mobile game, but I bet there’s another with an even better account as free player out there.
Keunggulan pemain F2P tentu adalah mereka tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Karena banyak game gacha yang pada awalnya memang tidak memungut biaya. Kamu bisa menggunakan uangmu untuk kepentingan lain yang lebih penting.
Apa itu P2P
P2P merupakan singkatan dari Pay 2 Play, artinya seseorang berani mengeluarkan uang asli untuk mendapatkan advantage dalam game. Perlu diketahui P2P dalam konteks genre gacha ini bukan “Membeli game secara utuh” (Buy 2 Play), ataupun menggunakan sistem subscription untuk membeli durasi permainan, namun lebih kearah “Menggunakan IAP secara konsisten.” Advantage yang diberikan kepada pemain tipe ini biasanya berupa resouce ekstra yang biasanya dibatasi oleh game, bisa mata uang tambahan, fitur tambahan, atau akses menuju fitur-fitur spesial tergantung kepada gamenya.
Kami tidak menggunakan Freemium karena hal ini lebih mendeskripsikan gamenya dan bukan pemainnya, ataupun P2W karena berdasarkan kesaksian staf kami yang pernah menghabiskan belasan juta Rupiah untuk game gacha, mereka tidak memenangkan Takagaki Kaede apapun.
Bila kamu sudah mengeluarkan uang untuk game tersebut, selamat kini kamu sudah masih dalam kategori pemain P2P, tapi apakah benar kamu sama dengan pemain-pemain P2P lainnya? Menurut pengamatan dan pengalaman saya berinteraksi dengan banyak pemain, ada beberapa tipe pemain P2P, antara lain:
~ Beli account starter
Pemain tipe ini biasanya tidak mau pusing saat memulai bermain game, dan dia juga tidak ingin pengalaman awal bermain gamenya rusak karena tarikan gacha yang busuk. Contoh lainnya adalah salah satu teman saya berinisial M yang mengeluarkan 6.000 Yen untuk account waifu-nya, and he’s happy about it, congrats ya.
Ini juga merupakan tahap awal menuju jurang yang lebih dalam, walaupun dia bilang “Udah ada waifu jadi udah puas kok“, jangan dipercaya karena banyak pemain tipe ini yang kemudian denial dan khilaf di masa depan.
~ P2P hanya saat ada waifu
Atau hanya akan membayar saat ada servant yang diinginkan saja. Tipe-tipe pemain seperti ini biasanya yang paling aman bila mereka cukup setia kepada 1 waifu saja, dan kurang lebih tidak akan terlalu banyak keluar uang. Kecuali kalau dia gampang jatuh hati kepada hati lain, tidak pernah puas, waifu-nya sering keluar atau banyak maunya, nah mampus itu.
Kasus lain saat pemain tipe ini bisa menjadi berbahaya adalah saat kamu gelap mata dan lupa sudah mengeluarkan berapa juta hanya untuk sebuah kartu waifu virtual.
~ P2P bulanan
Sama seperti gaji bulanan, ada juga pemain yang menyisihkan sebagian uang bulanannya untuk bermain sebuah mobage. Pemain ini biasanya tidak akan lari keluar dari budget bulanan dan most likely hanya memilih untuk menghabiskan resource-nya di gacha-gacha yang penting.
~ P2P tanpa kontrol diri
P2P kelas-kelas ini biasanya sudah mulai berada di atas Sultan dan termasuk dalam pemain-pemain yang menjadi tulang punggung dari game tersebut. Bukan artinya kontribusi pemain lain tidak dihitung, but these players are just, well, usually spent a lot more than the others. Setiap ada gacha, langsung gesek kartu, beli iTunes card, dan tidak berhenti sampai mendapat kartu yang diinginkan. Dengan rate SSR yang hanya 1% tersebut, dia bisa saja menarik kartu impian di 10 tarikan pertama, atau beberapa juta Rupiah kemudian. Kami tidak menggunakan istilah “Whale” karena kami kurang berkenan menyamakan pemain dengan binatang yang diseret ke kapal dengan harpun untuk diperas minyak dan dagingnya.
~ Dewa
Basically dewa adalah para pemain P2P dengan keberuntungan luar biasa sehingga bisa mendapatkan hampir semua kartu dalam tingkat tertingginya. Kalau dalam Deresute mungkin star rank 20 (20 copy of a card) dan dalam F/GO artinya NP5. Antara luck-nya memang Dewa, atau duitnya tidak terbatas, hanya antara dua itu saja kemungkinannya.
Keuntungan pemain memilih untuk bermain sebagai P2P adalah karena mereka memang ingin mendapatkan sebuah advantage dibandingkan pemain F2P. Resource ekstra yang membuat mereka bisa menarik gacha lebih banyak, punya lebih banyak slot, farm lebih banyak material dan masih banyak fitur lain yang tidak tersedia dengan mudah bagi kebanyakan orang.
Jangan pernah menyesal menjadi P2P
Apakah kamu menyesal mengeluarkan uang untuk sebuah mobage? Apakah hasil yang kamu dapatkan jauh dari ekspektasi? Apakah saldo tabunganmu kini menderita karena kamu gagal dapat waifu? Pastinya ada banyak perasaan yang berkecamuk bila kamu sudah mengeluarkan uang untuk game tersebut, tapi kamu tidak mendapatkan apa-apa in return.
“But regretting your decision is definitely not an option.”
Pada dasarnya, gacha itu sendiri adalah judi, ada persenan setiap kali kamu menarik gacha dan tidak ada kepastian kamu akan mendapat apa yang kamu inginkan. Sebelum kamu mulai berpikir untuk menjadi P2P, kamu harus sudah siap membuang uang tersebut menjadi abu. Selain pada periode guarantee gacha, kesempatan kamu mendapatkan kartu yang kamu inginkan tetap sama dengan orang lain. Hanya saja, kamu punya resource lebih banyak untuk mencoba mengadu nasib.
“You don’t get what you want? Shit happens, the developer owe you nothing.”
Kecuali mereka berbohong mengenai rate gacha mereka dan mengunggah angka rate-up yang menipu supaya kamu terus menguras kantong demi karakter virtual seperti kasus Granblue Fantasy awal tahun ini dan karakter Antilla-nya. In this special case, yes the developer do owe you something for being a liar.
Namun, selain pengecualian tersebut, tidak ada alasan untuk menyesali perbuatanmu sendiri. Yes you will lose your money, no you won’t get it back even after you grief. Pastikan bila kamu mau gacha, kamu masih punya uang simpanan untuk hidup di hari esok. Pastikan uang yang akan kamu keluarkan ini rela untuk kamu bakar, because there’s a huge fat chance that it’ll be burned for nothing.
Kalau kamu masih nekat untuk menarik gacha berbayar tapi kamu tidak punya uang untuk hidup esok hari atau kewajiban lain, you got your priorities backward. Lebih baik kamu introspeksi diri lagi sebagai manusia.
Verdict: Be a responsible player
Bermain mobage memang tidak selalu gampang, apalagi sebagai pemain gratisan yang terkena batasan di kiri dan kanan. With a little bit of luck you might prevail though. Tapi bila kamu memang sudah mantap hati ingin menjadi seorang pemain P2P, itu adalah pilihanmu masing-masing.
Menjadi seorang P2P artinya mendukung para developer game ini, and that’s a good thing. You took one for the free players out there, you’re a bro. Tapi ingat kembali prioritasmu masing-masing dan jangan sampai bermain mobage membuat hidupmu jadi sedikit keluar dari jalur. Kalau kamu memang belum siap untuk menjadi pemain P2P, bersabarlah sedikit dengan limitasi dari jalur F2P.
Kalau memang hasrat kamu sudah tidak bisa ditahan lagi ingin memutar gacha walaupun besok harus makan indomie rebus setiap hari, well it’s also your choice. Tapi ingat, kalau dapatnya jelek jangan marah, jangan menyesal, itu adalah keputusan yang kamu ambil sendiri.
Bermain sebagai P2P ataupun sebagai F2P sama-sama memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri, kalau kamu bagaimana?
Ricoricorii
Saya sendiri salah satu orang yang sudah graduate dari F2P karena tidak bisa menahan hasrat saya saat FGO mengeluarkan event guarantee SSR dengen membeli batu akik (baca: quartz). Meskipun tidak mendapat yang saya incar at least saya dapat salah satu SSR terbaik (Chu alter). Tips saya sih pastikan kalian mempunyai tabungan yang lumayan dan jangan coba-coba keluar duit untuk sesuatu yang tidak ada guarantee kalau kalian bukan sultan. Karena itu adalah awal dari lingkaran setan dan bukan tidak mungkin kalian akan terus keluar duit sampai paling tidak dapat SSR karena sudah terlanjur basah
Kaptain
Alright then.
Sudah ada beberapa bukti pendukung bahwa stimuli seksual dapat menyebabkan seseorang sulit berpikir untuk jangka panjang. Penasaran kenapa kasino memiliki staf yang memakai baju sensual? Itu alasannya. Masih soal analogi judi, setidaknya kasino tidak bisa menghilangkan hadiah yang kalian dapat bila kasino tersebut tutup.
Tentu saja stimuli dari game gacha tiap orang berbeda, entah dengan equipment yang efektif, melengkapi koleksi, untuk menebar garam, dan untuk saya pribadi, karakter yang memiliki cerita & latar belakang yang menarik.
Mobage yang cerdas harus memberikan unit gacha yang memberi stimuli tersebut. FGO sendiri cukup pintar untuk memberikan tiap craft essence ilustrasi untuk dikoleksi agar gacha-nya lebih memuaskan. Saya merasa Valiant Force kemarin akan turun popularitasnya karena gagal memahami hal ini.
The RNG Taketh and, when its being sloppy; Giveth. Saya sendiri untuk mobage sudah berada di titik dimana bila daya tarik sebuah game hanya berasal dari menunggu mendapat cukup poin untuk melakukan 10+n kali draw, saya akan langsung menghapusnya.
Silahkan saja menggunakan IAP bila kalian yakin praktik sebuah developer game pantas didukung. It’s your money. Namun seperti yang sudah dijelaskan, Developer game tidak punya kewajiban untuk memberikan apa yang kamu mau. Mobage yang memberikan terlalu banyak apa yang pemain mau tidak akan bertahan lama.
Jangan pernah menyesal menghabiskan uang untuk Gacha. Penyesalan yang terlalu besar dapat mengakibatkan kalian berhenti memainkan mobage semacam ini dan lantas memainkan game lain yang anehnya memberikan kalian 100% gamenya setelah kalian membayar dan memainkannya.
Disc-co
Saya sudah jadi pemain mobage p2p agak lama, semenjak deresute pertama kali dirilis di iOS. Saya fanboy franchise idolmaster sejak lama, dan semenjak memainkan game nya di PS3 dulu saya juga sudah spending money untuk membeli DLC nya yang berjumlah 13-14 volume. Dan saat mobage nya rilis, saya pikir yah sekalian saja saya spending disini.
Jumlah yang saya habiskan untungnya sebanding dengan apa yang saya dapat di deresute, sekarang total saya punya 11 SSR dan uncountable SR.
Meanwhile di FGO, saya pemain P2P juga tapi tidak sebesar deresute dalam hal spendingnya. Saya spending di FGO hanya pernah 2x saat ada sure ticket gacha dan summer event kemarin. Untuk hasilnya, saya lumayan puas walau sempat gagal dapat Mordred Surfer saat summer event kemarin.
Sampai saat ini, saya cukup puas dengan hasil P2P saya dari kedua game, dan yah hitung-hitung juga lah membantu developer untuk mengembangkan gamenya jadi lebih bagus.
Header: Twitter
The post [JOI Weekend] P2P & F2P Explained: Gacha Edition appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.