Siapa di sini yang sudah menonton film live-action pertama dari seri Shingeki no Kyojin yang sudah ditayangkan di bioskop lokal? Bagi kamu yang belum menontonnya, mungkin ulasan milik Nugrahadi ini bisa sedikit membantumu untuk memutuskan menonton filmnya. Walaupun menurut banyak orang, film ini tidak begitu baik sampai-sampai membuat sutradara Shinji Higuchi dan stafnya ikut panas di media sosial.
Film keduanya, Shingeki no Kyojin: End of The World akan ditayangkan pada tanggal 19 September mendatang di bioskop-bioskop di Jepang. Tentunya, film tersebut juga akan disiarkan di Indonesia dan diharapkan sudah bisa ditayangkan pada bulan September ini. Namun pada acara advance screening yang dihadiri berbagai macam media dan kritikus di Jepang, salah satu kritikus film Toru Sano ternyata tidak terpukau dengan lanjutan film tersebut.
東宝試写室で『進撃の巨人』後編。悲惨な出来。前編の種明かしに終始しているが、謎が明かされるまでの演出にタメがなく、すべて台詞、しかも目も当てられない大芝居で説明されるのみ。特に長谷川博己がひどい。あの30年古い戯画化された演技を様式美に昇華できるのは日本人では及川光博だけだろう。
— 佐野亨 Toru Sano (@torusano1124) September 1, 2015
Sano kecewa dengan penyutradaraan dan dialog yang disuguhkan film tersebut, bahkan Sano mengatakan film pertamanya menjadi “tidak diperlukan” sampai ceritanya mengungkapkan misterinya. Sano juga mengkritik performa Hiroki Hasegawa yang memerankan Shikishima, “Aku tidak benci Hiroki Hasegawa. Tergantung filmnya, dia bisa menjadi seorang aktor yang baik. Namun, sayangnya dialog yang memaksanya menjadi jahat, hanya itulah cara dia memerankannya…. Semakin dia berusaha, semakin konyol rasanya. Hal ini berlaku kepada semua pemeran film ini.”
“Setelah mengungkapkan kebenaran di balik misterinya, selain adegan yang terlalu emosional, film ini bisa dibilang menjadi full action. Namun susah rasanya untuk mengikuti pergerakan kemana orang-orang bergerak, atau kemana mereka bergerak dengan 3D maneuver gear mereka. Jadi, adegan yang menggabungkan efek spesial asli dengan efek visual post-production gagal untuk menghasilkan adegan yang berdampak kuat.”
Sano kemudian mengkritik adegan saat mereka mengantarkan kargo yang berbahaya melewati medan yang tidak rata, “Seharusnya, adegan ini bisa menjadi sesuatu yang mendorong ceritanya ke arah yang lebih baik, namun tidak jelas mereka mau mulai dari mana dan kemana mereka harus pergi… Hal ini sangat tidak efektif bila mereka mencoba menanamkan rasa gawat dan meningkatkan klimaksnya.”
Rangkaian kritik pedas Sano diakhiri dengan ekspresi kecewa yang menganggap sebaiknya film kedua ini tidak usah ada.
“Setidaknya, lebih sedikit adegan membosankan yang ada di film pertamanya… Seharusnya mereka memotong beberapa adegan yang terlalu panjang dari kedua filmnya, dan buat saja satu film yang berdurasi 2 jam saja… Seburuk ituluah film kedua ini.”
Berbeda dengan kebanyakan orang, Sano tidak mengkait-kaitkan kritiknya dengan perbedaan film tersebut dengan source materialnya. Jadi, kritik kali ini benar-benar mengkritik film Shingeki no Kyojin: End of the World secara objektif sebagai film dan bukan sebagai adaptasi cerita asli.
Walaupun saya sendiri cukup menikmati film pertamanya, saya setuju Shikishima memang sedikit konyol dan dipaksakan. Gerakan-gerakan mereka baik saat memakai 3D maneuver gear maupun saat berubah menjadi Titan pun berada di antara “okelah”, “repetitif”, dan “biasa”. Namun bagaimanakah film keduanya dapat mempengaruh pendapat saya atas film pertamanya? Kita tunggu saja tanggal penayangannya.
sumber: Rocketnews