Ditengah masa tayangnya saya seringkali mendorong sesama staf JOI untuk segera mengejar episode Macross Delta terbaru. Hanya saja setelah menonton episode terakhirnya saya tidak akan protes bila mereka memutuskan untuk berhenti di episode 13.
Macross Delta dibuat untuk merayakan 20 tahun studio Satelight sehingga anime ini sudah ditopang dengan budget serta perencanaan yang mencukupi. Beberapa dari kalian mungkin mendengar desas-desus bahwa anime ini awalnya didesain untuk satu season yang lalu dilanjutkan dengan movie, namun dituntut untuk menambah satu season lagi, sehingga paruh akhir anime ini kualitasnya turun. Rumor tersebut salah karena perubahan sudah dilakukan setahun sebelum produksi animasi dimulai. Sayangnya hal itu malah membuat beberapa eksekusi cerita dalam anime ini sulit dimaafkan.
Season pertama anime ini awalnya membuat saya cukup optimistis dengan berbagai setup dan plot-point yang tersediakan, hanya saja 13 episode berikutnya dipenuhi dengan pace dan konflik yang sangat buruk. Begitu juga dengan dedikasi yang menakjubkan dalam menjaga status quo konflik dan karakterisasi agar tetap sama.
The stake is mindbogglingly low for a galactic conflict
Konflik Macross Delta tidak terbatas di satu planet atau kapal saja, namun melingkupi satu segmen galaksi yang berisikan berbagai planet. Ekspektasi dari konflik dengan skala semacam ini tentu saja lebih besar dari seri Macross sebelumnya.
Hanya saja konflik fisik dari anime ini skalanya sangat rendah, bahkan bisa dibilang hampir tidak berarti sama sekali. Antagonis utama dari seri ini, sekaligus kesalahan terbesar seri ini; secara ekslusif adalah para Ace dari Windermere yang memiliki plot armor, sehingga kebanyakan konfliknya hanya berujung pada cat Valkyrie para Ace kedua pihak lecet sedikit. Inilah yang membuat setiap pertarungan di Delta terasa hampa karena semua konflik yang terjadi sebelum episode klimaksnya (dan bahkan pada episode klimaksnya) tidak mengakibatkan efek yang berarti pada situasi tiap pihak.
Ya, memang ada hasil konflik yang menyebabkan puluhan ribu kematian dan evakuasi sebuah planet, namun dengan skala konflik yang setingkat galaksi semua itu hampir tidak terasa efeknya pada konflik secara keseluruhan. Bahkan saat Ragna, planet utama dan tempat berlabuhnya Macross Elysion; diserang musuh para karakter utama bisa membawa pergi kota koloni utamanya ke ruang angkasa dengan relatif lancar.
Banyak sekali plot-point yang bisa dipakai untuk meningkatkan efek konflik para faksi seperti Windermere yang semakin kekurangan sumber daya manusia dan harus semakin bergantung pada Var Syndrome, Konflik antara Chaos dengan metode operasi NUNS, Walkure yang mulai kepayahan melindungi populasi dari Var Syndrome yang meluas, ataupun memunculkan tensi diantara prajurit yang sadar bahwa mereka dapat membunuh satu sama lain dalam sekejap. Namun nampaknya staf produksi memiliki alergi dalam melakukan eskalasi konflik.
90% pertarungan di anime ini juga terjadi di Fighter mode. Koreografi dogfight-nya memang konsisten bagus, namun untuk sebuah seri yang tenar oleh Variable Fighter-nya, mode GERWALK ataupun Battroid nyaris tidak pernah digunakan bertarung dan terasa dianggap sebagai aplikasi tambahan belaka. Ingat Valkyrie Break-dance yang dilakukan Hayate di awal seri ini? Itu hanya muncul di episode pembuka saja dan plot-point yang menganggap para Valkyrie sebagai “penari” dari Walkure tidak pernah disoroti lagi. Hal ini juga diperparah dengan solusi tiap konflik yang dapat dirangkum dengan “Sudah nyoba nyanyi lebih keras/lebih dengan perasaan?” yang untuk pertarungan awal masih bisa ditolerir namun sangat menyebalkan saat digunakan untuk klimaks terakhirnya.
The character development is awful and close to non-existent
Dibawah ini kurang lebih adalah keseluruhan dialog antara dua heroine Macross Delta.
Freyja: Hayate.
Mirage: Hayate?
Freyja: Hayate!
Mirage: Hayate!?
Freyja & Mirage: Hayate!
Sebelumnya JOI sendiri pernah mengulas tentang keputusan staf produksi untuk meredam aspek cinta segitiga dari Delta, namun nampaknya mereka tidak mampu berkomitmen untuk menyelesaikan cinta segitiga yang ada secepat mungkin ataupun memberi karakter lain lebih banyak fokus. Hal ini berujung pada resolusi yang sangat tidak memuaskan pada hubungan ketiganya di episode akhirnya dan tidak adanya karakterisasi yang berarti untuk karakter Delta Squadron dan Walkure lainnya.
Saya merasa pacing dari Delta dapat sangat terbantu dengan menghilangkan setengah karakter anime ini. Karena banyak karakter yang secara keseluruhan tidak relevan dengan ceritanya seperti Chuck, Arad, setengah dari Aerial Knight, bahkan Hayate sendiri bisa dihilangkan karena character arc dia sendiri nyaris tidak ada ataupun tidak memberi pengaruh yang berarti pada perkembangan karakternya.
- Efek membunuh pilot lain? Tidak ada pengaruh berarti dan dia sendiri tidak kesulitan menjatuhkan pilot lain tanpa membunuh mereka.
- Dugaan ayahnya merupakan penjahat perang? Ujung-ujungnya kepercayaan dia benar.
- Konflik dengan Keith selaku rival utamanya? Tidak digubris karena Keith kawin gantung (atau kawin meledak?) dengan Roid.
- Confession dari Mirage? Meh (Oke, yang satu ini membuat saya tertawa keras-keras di episode terakhirnya.)
Untuk para Walkure sendiri, Freyja tentunya mendapat lebih banyak karakterisasi walaupun dia belum menyelesaikan konflik tentang bagaimana lagunya digunakan sebagai senjata. Kaname, Reina, dan Makina mendapat karakterisasi yang menarik dari perjuangan mereka dalam awal pembentukan Walkure. Mikumo yang awalnya memiliki misteri yang menarik dan kepribadian yang kuat malah mengalami “penyusutan” karakter yang terjadi akibat character-arc yang terlalu terburu-buru eksekusinya. Pada akhirnya saya merasa kehadiran mereka akan lebih efektif sebagai idol pilot/co-pilot.
Sementara untuk para antagonisnya, para Aerial Knight yang merupakan antagonis utama seri ini walaupun banyak mendapatkan screentime sama sekali tidak mendapat perkembangan yang berarti. Keith adalah sang super–ace dari awal sampai akhir, Bogue hanya menjerit tiap episodenya, Cassim yang tidak suka bertarung mendapat sedikit perkembangan yang seharusnya terjadi jauh lebih awal, dan tiga ace lainnya dapat dengan mudah dihilangkan dari skrip cerita.
Screentime yang digunakan untuk memperdalam karakterisasi faksi Windermere bisa dibilang terbuang percuma. Narasi ceritanya mencoba membuat mereka lebih simpatetik dengan banyaknya adegan yang menunjukkan perlakuan NUNS pada planet mereka, namun sulit sekali membangun simpati pada bangsa dengan kebijakan yang super rasis, menganggap mengendalikan pikiran warga sipil sebagai perlakuan yang adil, dan mengulang lagi rencana Grace di Frontier yang ingin mengubah semua mahluk di galaksi menjadi Vajra, yang kali ini terjadi tanpa build-up yang berarti.
A tangent on Macross series view on culture
Cara pandang karya seni dibagi jadi dua, estetika dan instrumentalis. Estetika berfokus pada “kekuatan” karya seni itu sendiri, sementara instrumentalis pada pesan dan kegunaan dari seni itu. Aspek keindahan ditunjukkan entah lewat besar skala pembuatan, kemampuan senimannya, dan kompetensi teknik untuk membuat karyanya. Namun disisi lain bayangkan kalau semua usaha tersebut ditujukan ke pesan dan topik yang kurang pantas (seperti mempromosikan rasisme, pedofilia, ataupun preorder game.)
Sementara cara pandang instrumentalis melihat karya yang mendidik dan inspiratif/produktif lebih berharga, namun pandangan ini menyebabkan banyak karya yang disensor karena dianggap ofensif atau tidak sesuai norma tertentu. Sehingga sisi ini sering dianggap menghambat kebebasan berekspresi
Kebanyakan Diva/Superstar seri Macross dimotivasi sisi estetika, motivasi tersebut dasarnya adalah: “lagu gue keren, bikin seneng, gue pingin lebih banyak orang ngedengerin ini.” Lagunya sendiri kebanyakan tentang cinta, ledakan (terutama untuk Fire Bomber,) dan cenderung apolitis. Salah satu konflik utama Macross Frontier juga berfokus pada Ranka yang bimbang lagunya di politisir.
Masuk ke Delta, pihak pemerintah, atau lebih tepatnya semua faksi yang punya pengaruh; melihat lagu sebagai aset militer. Konflik Zentradi, Protodeviln, dan Vajra diselesaikan dengan cara “menenggelamkan” mereka dengan budaya umat manusia dan berakhir dengan perdamaian antara kedua pihak. Masalahnya faksi musuh kali ini yaitu Windermere; juga memakai ‘kebudayaan’ mereka untuk melawan balik.
Jadi sekarang dunia Macross masuk ke titik dimana lagu, yang sebelumnya digunain untuk inspirasi dan komunikasi budaya; digunakan & diakui sebagai senjata oleh semua pihak. Harapan terbesar saya pada Delta adalah bagaimana mereka menanggapi aspek ‘Budaya sebagai Senjata’ ini. Kita punya Freyja yang passion-nya terhadap musik mengalami konflik dengan aspek agresif musik dunia ini, Heinz & Roid yang melihat lagu sebagai aset militer utama negara, dan Mikumo yang sebelum diberikan “perkembangan karakter” nampaknya hanya ingin terus menyanyi tidak peduli apapun konsekuensinya.
Tapi tidak, sekali lagi Delta menanggapi plot-point menarik semacam ini dengan mengangkat bahu dan secara pribadi ini adalah aspek yang membuat saya paling marah dari anime ini. Saya hanya bisa berharap apabila anime ini akan mendapatkan movie, inilah aspek utama yang mendapatkan sorotan.
Verdict: A Loud and expensive spectacle of nothing
Kata terbaik untuk mendeskripsikan Macross Delta adalah “Boros.” Mereka memiliki 26 Episode dan menghamburkan mayoritas screentime untuk menunjukkan konflik yang hampa dan interaksi karakter yang repetitif (Mayoritas topik pembicaraan anime ini adalah Hayate & ANGIN.) Delta merupakan kasus langka dimana sebuah anime membutuhkan lebih sedikit episode untuk meningkatkan kualitasnya.
Walaupun pandangan saya pada Macross Delta cenderung kelewat negatif pada artikel ini, saya harus akui Walkure dan lagu-lagunya secara konsisten membuat saya puas. Season awalnya sendiri memiliki kualitas produksi yang konsiten bagus. Walaupun ini hanya sekedar harapan yang kelewat optimistis, saya sangat berharap movie-nya akan membangun ulang dari episode ke-13 dan mampu memperbaiki banyak kesalahan di serinya.
Signum’s
Seri ini sebenarnya membuka pintu saya ke dalam dunia Macross, sebuah seri yang sebelumnya belum pernah saya sentuh karena sedikit jiper dengan jumlah episodenya. Namun setelah menonton seri ini, saya merasa kalau saya butuh ‘mengejar ketertinggalan’ untuk menonton semua seri Macross sebelumnya. And I did. Kalau ada yang bingung kenapa jarang ada 3 Eps Rules pada season ini, itu karena saya menghabiskan waktu untuk marathon Macross dan Game of Thrones. Took a chunk out of my time, really.
Penggemar seri Macross tentu sudah mengetahui 3 dasar utama dari semua serinya, cinta segitiga, kekuatan lagu, dan transformable fighter yang super keren. In a way, Delta mengupas ketiga faktor tersebut tanpa terkecuali, namun bagi saya seri ini masih gagal untuk membuat saya menikmatinya. I was at first, namun lambat laun dengan semua episode ‘tidak perlu’ yang dimilikinya, seri ini terus kehilangan pesona yang pernah dimilikinya.
For me, Delta is suffering from the vast amount of characters they had, on such a little span of time. Macross Frontier, dengan jumlah episode yang sama dengan Delta memiliki banyak karakter utama, namun interaksi karakter mereka berjalan dengan baik dan semua hubungan antar karakternya memiliki sinergi yang sangat baik. Macross 7, juga memiliki lebih banyak karakter, namun mereka punya 40 lebih episode dan lebih banyak waktu untuk mengikat hubungan antar karakter supaya semuanya tersambung.
Delta, dengan waktu yang sangat sedikit memiliki segudang karakter yang tidak berguna, maaf, but there are a bunch of character that, if you took it away from Delta, they won’t affect the story whatsoever. Banyak karakter yang sama sekali tidak memberikan impact terhadap karakter lain, kamu bahkan bisa mengikis para Ksatria Langit dari Windermere menjadi Keith, Herman, dan Cassim. Tidak perlu ada Bogue yang teriak-teriak setiap hari, cuma untuk jadi tsundere di episode terakhir, atau Theo dan Xhao yang perannya probably next to none.
Kamu bisa menggantikan Chuck dengan orang lain, karena sampai akhir pun hubungannya dengan Hayate tidak menjauh ataupun mendekat. Don’t get me started on the love triangle. Apanya yang love triangle kalau Mirage sejak awal sudah tidak dianggap sebagai rival? Saya tidak mendukung HayaMira atau HayaFrey, saya hanya kesal karena cinta segitiganya kok gak segitiga. Saya sering bercanda mengenai kutukan nama Mirage bersama teman-teman, and I guess the staff of the series took it too seriously. Ingat dalam SDF Macross, pada awalnya Misa juga tidak memiliki kesempatan merebut Ichijo dari Minmay, but they have character developments!
Saya juga merasa kalau ending dari seri ini sepertinya ingin mengambil aspek-aspek dari ending Macross sebelumnya. Mereka menciptakan situasi yang penuh keputus-asaan seperti Macross 7, surfing Macross Elysion seperti Macross Quarter dalam Frontier, fighter yang terbang ke angkasa seperti Macross Zero, Mikumo bahkan menyanyikan “Do You Remember Love.”. It’s just not right, for me.
All in all, Delta mengecewakan saya, kecuali Makina dan Mikumo. Musik mereka memang catchy dan saya akui bagus, namun saya juga melihat banyak penggemar seri lama yang merasa tidak sesuai dengan idol. Well, c’est la vie. Kalau mereka akan merilis sebuah movie, saya harap mereka bisa memperbaiki semua kesalahan mereka, menghilangkan beberapa karakter, and actually giving Mirage a chance.
“Kakugosurunye.”
~Fryeja Wion.
dedemit’s
Delta merupakan seri Macross ketiga yang saya ikuti setelah Macross dan Macross Frontier, saya jatuh cinta dengan segala sesuatu yang menjadi unsur dasar tercipta kisah Macross, mulai dari pesawat tempur, robot, cinta segitiga, dan musik. Macross Delta sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang berkesan bagi saya karena seri ini kerap kali membahas karakter-karakter atau adegan yang pernah terjadi di seri-seri Macross sebelumnya, khususnya Frontier yang bisa dibilang timeline keduanya berdekatan.
Mencoba membandingkan antara Frontier dan Delta, dimana karakter utama kedua seri ini bukan merupakan pilot pesawat tapi untungnya Hayate merupakan pekerja kasar yang fasih mengendalikan robot dan kemudian dilatih untuk menjadi pilot pesawat tempur untuk menghadapi pertarungan udara antar pesawat. Ya pertarungan antar pesawat, tidak sekalipun menggunakan Gerwalk mode setelah beberapa episode awal yang juga ditulis oleh Kaptain pada review ini. Hal tersebut menjadi kekecewaan saya karena yang harusnya menjadi unsur utama di seri Macross justru menjadi unsur tambahan walau sempat terobati (sedikit) karena kemunculan Destroid Monster sebagai pesawat penjemput.
Awalnya saya kira Mikumo Guynemer sebagai penyanyi yang digemari oleh Fryeja Wion, akan mendapatkan role yang sama dengan role Sheryl Nome dan Ranka Lee. Tapi ternyata tidak sesuai dugaan saya karena kisah cinta segitiga Delta terjadi antara Hayate, Freyja, dan Mirage. Namun pada akhir-akhir Macross Delta ternyata role Mikumo menjiplak Sheryl. Dan beruntunglah Fryeja Wion, karena Hayate memilih dirinya dimana itu berbanding terbalik dengan Ranka Lee.
Yang berbeda pada Delta dan menjadi nilai plus adalah kehadiran Walkure, sebuah unit idol yang digunakan untuk mengatasi sebuah virus. Mungkin kalau Delta hanya menampilkan Mikumo dan Freyja, saya tak bisa melihat Kaname yang menjadi obat rasa kecewa saya terhadap Delta. Ngomongin soal unsur musik pada seri Macross, saya berseberangan dengan Kaptain yang mengatakan bahwa lagu yang sebelumnya digunain untuk inspirasi dan komunikasi budaya; digunakan & diakui sebagai senjata dimana saya justru ingin mengatakan bahwa sejak Macross pertama lagu digunakan sebagai senjata.
Dan apakah Delta akan menggunakan formula yang sama dengan Frontier? Bila ya, bersiaplah untuk kehadiran dua buah movie Delta. Siapa tahu pada movie tersebut Hayate memilih Mirage karena Mirage menyanyikan lagu My Boyfriend is a Pilot.
The post [Review] Macross Delta appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.