Quantcast
Channel: Jurnal Otaku Indonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 16409

[Review] Koutetsujou no Kabaneri

$
0
0

Setelah memperoleh hype yang cukup tinggi di tiga episode awalnya, opini terhadap “Koutetsujou no Kabaneri” (Kabaneri of The Iron Fortress) begitu memasuki paruh akhir masa tayangnya mulai berbalik. Komplain yang dilemparkan cenderung berfokus pada perubahan kepribadian para karakter dan pengenalan antagonis yang keberadaannya sangat tidak menyenangkan. Tapi apakah itu masalah terbesar terbesar dari anime ini?

Dulu saya sudah menjelaskan beberapa hipotesis kenapa anime ini “gagal,” bahkan saya juga sudah membuat prediksi bagaimana anime ini akan gagal di artikel impresi awalnya. Singkatnya, prediksi saya bahwa plot Kabaneri pada akhirnya akan jadi berantakan benar terwujud, hanya saja dengan cara yang paling saya takutkan.

Wit Studio dengan staf veteran Shingeki no Kyojin dan desain dari Haruhiko Mikimoto telah membuat sebuah anime dengan aksi yang spektakuler. Sayangnya saya merasa ada beberapa faktor yang mempersulit penjagaan kualitas Kabaneri.

Quality actions are expensive to maintain

Aspek yang mayoritas penontonnya setuju memiliki kualitas yang baik adalah action-nya.  Bahkan bisa dibilang ini adalah faktor utama yang menarik para penonton di awal masa tayangnya. Sangat sulit untuk sebuah studio yang bukan Kyoani atau Sunrise untuk menghadirkan aksi dengan kualitas konsisten, oleh karena itu pace aksi Kabaneri harus melambat karena mereka harus menghemat budget dan tenaga sampai klimaksnya.

Sebuah seri aksi seringkali dipenuhi sesi dan episode yang lebih berfokus di dialog dan interaksi agar penonton tidak kelewat kenyang dengan aksinya. Untuk sebuah seri dengan genre survival action seperti Kabaneri, terdapat banyak potensi konflik yang lebih ringan aksi seperti keterbatasan sumber daya, turunnya kesehatan mental para karakter dari usaha mereka untuk bertahan hidup, semakin berkembangnya para Kabane dan berbagai hambatan lain untuk menggerakkan para pengungsi Koutetsujou.

kabanerireview-03

Oke pengkhianat dan orang yang paling mencurigakan disini, kamu jelas orang yang paling bisa dipercaya

Hanya saja staf produksi memutuskan untuk memperkenalkan seorang antagonis yang didesain untuk menjadi final boss lebih dahulu daripada menjadi karakter yang masuk akal. Banyak komplain yang dilayangkan kepadanya dan bahkan kebanyakan menganggap sang antagonis merupakan aspek terburuk Kabaneri. Dosa terbesar Biba menurut saya adalah membajak sebuah cerita zombie apocalypse menjadi cerita standar Ichiro Okouchi yang sudah kelewat repetitif dan membosankan.

Cerita yang bodoh setidaknya bisa tetap menarik dengan eksekusi yang kompeten atau menghibur dengan segala kegagalannya, sementara cerita yang membosankan hanya membuang waktu penontonnya. Namun jujur saja, saya sendiri menikmati aksi klimaks dari Kabaneri. Hanya saja saat menontonnya saya sangat berharap segala aksi tersebut diarahkan ke konflik dan antagonis yang lebih menarik.

It refuses to build on what it established

Seperti yang saya sudah jelaskan di artikel lainnya dulu. Kabaneri nampaknya menolak untuk mengembangkan berbagai setup dari paruh awal seri ini. Berbagai plot-beat seperti meriam baru Koutetsujou (yang langsung hilang di scene selanjutnya,) sumpah Ikoma dengan Ayame yang membuat Ikoma menjadi Kabaneri dari Koutetsujou (sebuah motivasi yang tidak pernah disebutkan lagi dan dilupakan saat Ikoma mengalami depresi) dan berbagai penemuan Ikoma yang salah satunya adalah metode untuk menghentikan perubahan Kabane (yang dapat membawa perubahan besar ke dunia Kabaneri, namun nampaknya tidak ada satupun karakter yang penasaran bagaimana Ikoma melakukannya).

Kabaneri bisa dibilang terjebak di sebuah pola khas Okuichi, antagonis megalomaniak yang harus dikalahkan, heroine kompeten yang ujung-ujungnya harus diselamatkan sang protagonis, kota yang diratakan oleh Kabane dan direpresentasikan dengan ibu & anak yang terbunuh (yang di salah satu episode sampai terjadi dua kali) dan berbagai perkembangan karakter yang dilupakan di episode selanjutnya.

kabanerireview-05

Masih tentang perkembangan karakter, saya sudah menjelaskan tentang “perkembangan” kepribadian Mumei yang menjadikannya semakin membosankan, bisa dibilang pangkatnya turun dari veteran survivor menjadi damsel-in-distress. Begitu juga Ikoma yang dimotivasi amarah dan dendam malah jadi cengeng mendekati klimaksnya, untungnya momen itu hanya terjadi sebentar, namun saya tersinggung staf produksi merasa karakter semacam Ikoma memerlukan momen semacam itu.

Singkatnya, staf produksi nampaknya terlalu takut untuk mengubah status quo dari situasi pada karakter utama. Kegagalan utama Kabaneri adalah seri ini tidak mampu membangun setup yang sudah ada lebih lanjut dan malah menetap di pola sama. Hal ini berujung pada konflik akhir yang dibangun kelewat terburu-buru dengan payoff yang kecil.                                                                       

This show is always dumb, and that’s a good thing

Perlu diingat, bahaya utama anime ini adalah zombie super dengan jantung yang menyala terang dan umat manusia menggunakan kereta bersenjata sebagai metode transportasi utama di era Steampunk-Edo. Ini adalah premis yang didesain untuk membuat set-piece aksi yang menarik dan bukan untuk menghadirkan cerita yang “cerdas.”

Kabaneri pada dasarnya memiliki judul Zombie Train setelah kedua konsep tersebut dijelaskan di episode awalnya, premisnya memang “bodoh” namun premis seperti itu penuh potensi untuk menghasilkan adegan aksi yang seru. Anime ini sayangnya lupa dengan aspek zombie dan kereta tersebut, dan saat kedua aspek tersebut dilupakan saat klimaks konflik dengan sang final boss RPG diskonan terjadi kita hanya kedapatan sebuah anime yang bodoh dan membosankan.

kabanerireview-01

At least there’s a derailment.

Di penghujung akhir seri saya mengharapkan sesuatu yang bodoh dan menarik seperti duel kereta antara Koutetsujou dan Kokujou yang disertai dengan multi-track drifting. Namun dengan berbagai plot-beat yang sudah terlalu terjebak dalam pola, harapan ini harus kandas.

Verdict: It Could Be Worse

Seperti yang sudah saya utarakan diatas, saya tidak kaget dengan perkembangan cerita Kabaneri, tapi tetap saja kecewa atas semua potensi yang gagal diwujudkan. Kebutuhan saya akan action yang berkualitas untungnya dipenuhi dengan baik dan desain karakter seri ini merupakan favorit saya di spring season 2016.

kabanerireview-02

Berhubung Mumei dan Ayame udah kebanyakan dihype staf lain, have a Yukina.

Anime ini juga berguna sebagai peringatan bahwa sebuah seri yang memiliki potensi yang besar dapat dirusak dengan mudah hanya dengan satu karakter dengan konflik yang membosankan. Berhubung ini sudah kesekian kalinya sebuah seri dengan budget besar yang ditulis Okouichi mendapat respon negatif yang cukup vokal, mungkin ini sudah saatnya para staf produksi disana lebih bijaksana memilih penulis.

Signum

Rasanya saya sudah tidak perlu lagi menceritakan kenapa anime ini tidak bisa bertemu dengan ekspektasi beberapa orang. Tempo dari Kabaneri yang terlalu cepat mungkin menjadi faktor utama why this show has been such a trainwreck. Namun bagi saya sendiri sih anime ini bisa dinikmati sampai akhir. You’re talking to a guy who’ve watched Hundred until the end, mind you.

JOI - perkembangan kabaneri dianggap tidak memuaskan (3)

Walaupun pacing-nya terasa cepat dan terburu-buru, namun Kabaneri masih enjoyable untuk ditonton, kualitas gambarnya tidak menurun seperti kualitas ceritanya, dan kita masih disuguhkan dengan pertarungan-pertarungan epik. Lagu latar Kabaneri gubahan Sawano Hiroyuki dan dibantu suara majestic Aimer masih memberikan suasana-suasana yang membuat bulu kuduk bergidik at timesin short Kabaneri masih layak ditonton walaupun Kaptain berkali-kali menekankan ceritanya yang, well, bodoh.

They took the easy way out, kalau saja mereka mau memanjangkan seri ini dan menjadikannya sebuah petualangan epik berkeliling Jepang atau bahkan dunia untuk mencari sebuah tempat aman, sepertinya seri ini memiliki potensi yang sangat besar. Tapi kayanya mereka tidak punya kekuatan untuk membayar Sawano, Aimer, Chelly, dan banyak orang lagi untuk membuat seri yang panjang.

The post [Review] Koutetsujou no Kabaneri appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 16409

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>