Sebuah demonstrasi kecil merebak di Chater Garden di Central District, Hong Kong tepat di depan kedutaan Jepang pada hari Senin lalu. Sekitar 20 orang datang dengan membawa papan bertuliskan protes mereka mengenai pengubahan nama Pikachu dari seri Pokemon.
Perubahan nama Pikachu terjadi dari versi bahasa Kantonnya, Bei Ka Chiu menjadi bahasa Mandarin, Pei Ka Yau. Sepertinya memang minor, tapi hal tersebut membuat ketidaknyamanan di antara sebagian warga Hong Kong, terutama mereka yang berbahasa Kanton karena jumlah penggunanya menurun dibanding pengguna bahasa Mandarin.
Sebuah studi yang dilakukan oleh partai politik Neo Democrat menemukan bahwa kurang dari 40% sekolah dasar di Hong Kong mengajarkan bahasa Kanton.
Demonstrasi tersebut dimulai oleh grup politik radikal Civic Passion dan Lonely Media yang lebih berfokus pada dunia game. Kepala editor dari Lonely Media, Sing Leung mengatakan beberapa pentingnya Pokemon untuk generasi masa depan Hong Kong dan perubahan nama oleh Nintendo tersebut akan menginjak-injak budaya Hong Kong.
Sebelum tahun 1974, di era kolonial Inggris hanya bahasa Inggris saja yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Hong Kong. Setelah itu, imigran dari GuangZhou mulai berdatangan dan bahasa Kanton mulai digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Zaman dulu, bahasa Mandarin dilihat secara negatif, terutama setelah krisis ekonomi di China pada paruh kedua abad 20; di mana banyak penduduk China ‘kabur’ ke Hong Kong untuk mencari suaka.
Namun di tahun 1997, saat ekonomi China membaik dan mulai menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang besar, Hong Kong dan China mulai menjalin kerja sama. Salah satunya adalah dengan mengajarkan bahasa Mandarin di sekolah-sekolah dasar Hong Kong. Namun ditakutkan, hal tersebut akan ‘menghapus’ bahasa Kanton yang sudah lama menjadi bahasa sehari-hari di Hong Kong.
sumber: ANN
The post Pengubahan Nama Pikachu Memicu Sebuah Demonstrasi di Hong Kong appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.