Saya akan sedikit bercerita mengenai pengalaman saya dengan anime Kuma Miko ini. Di awalnya saya tidak tahu apa-apa mengenai seri ini sebelum Nugrahadi menuliskan berita trailernya di JOI. Meski begitu, saat itupun saya masih belum tertarik dengan anime-nya. Namun setelah episode satu-nya tayang, beberapa rekan penulis JOI mengatakan kalau anime-nya “di luar dugaan, ternyata bagus”. Setelah itu saya mulai ikut menonton, dan saya rasa Anda tahu bagaimana akhirnya karena sekarang saya menulis 3 Episode Rule-nya.
Kuma Miko menceritakan tentang, well, sesuai judulnya, kuma (beruang) dan miko (wanita pengurus kuil). Twist-nya, Machi sang miko-nya itu adalah siswi SMP kampung yang sedang merengek ingin pindah ke kota dan menjadi lebih “modern”. Sementara Natsu sang beruang bisa bicara, baik, dan kurang lebih perannya itu seperti perawat atau malah orang tua dari Machi.
Dinamika orang tua dengan anak
Hubungan antara Machi dan Natsu termasuk dalam hubungan yang cukup jarang ditemukan di kebanyakan anime. Bukan teman seumuran, bukan hubungan senior-junior, bukan hubungan romantis (tolong ini dicamkan baik-baik), tetapi hubungan di mana Natsu lebih seperti “orang tua yang perhatian tapi santai” dan Machi sebagai “anak yang mulai masuk masa berontak”. Meski Natsu bukanlah orang tua Machi, ia memegang peran yang bertanggung jawab menanggapi segala macam permintaan dan tingkah laku Machi.
Seiyuu Natsumi Hioka yang relatif masih baru berhasil membawakan karakter Machi yang banyak maunya tapi juga imut (dan juga sumber reaction face). Sementara Hiroki Yasumoto yang sudah sering membawakan karakter om-om kali ini membawakan Natsu dengan suara orang dewasa yang santai tapi juga menjadi komedik ketika marah dan kena ampas dari tingkah laku Machi.
Mungkin beberapa orang akan mengeluh “Yah Machinya bukan Hana Kana kayak di promo manga-nya!” Tapi Natsumi Hioka angat cocok dengan perannya saat ini, dan juga Hiroki Yasumoto dengan peran komedik selalu membuat saya teringat dengan perannya sebagai Dullahan di KonoSuba.
Malah agak terbayang kalau hubungan keduanya itu seperti hubungan Yotsuba dengan ayahnya di Yotsuba&. Bedanya Machi jauh lebih dewasa dari Yotsuba dan lebih banyak maunya, dan Natsu itu bukan manusia (dan sering makan asemnya dari tingkah laku Machi).
Fun slice of life
Entah ini hanya perasaan saya saja atau tidak, tapi rasanya di beberapa tahun belakangan rasanya cukup jarang ada anime slice of life yang tidak mengandung unsur romance. Kuma Miko berhasil memenuhi kekangenan saya dengan genre ini. Anime ini membawakan karakter-karakter yang likable, interaksi karakter yang asyik, dan komedi yang segar dan lucu (cukup banyak reaction face menarik di sini). Siapa sangka anime tentang miko di desa dan binatang yang bisa bicara bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak?
Sejauh ini, Kuma Miko menampilkan potensi untuk bisa bersaing dengan salah satu anime slice of life kesukaan saya pribadi, Hidamari Sketch. Moga-moga memang bisa sampai ke tingkat itu.
Fanservice Machi agak berlebihan
Okay, yes, Machi is lovable, tapi ayolah, ini fanservice-nya agak berlebihan. Baru 3 episode tayang, tapi di tiap episode-nya sudah ada banyak momen di mana Machi ditampilkan dalam kondisi berbau seksual, meskipun adegannya sendiri mungkin cuma imajinasi karakter lain atau hal yang sangat mudah ditangkap salah kaprah seandainya dilihat screenshotnya tanpa konteks (atau memang itu tujuannya…).
Verdict: Loli Miko/Dikebiri
Kuma Miko berhasil menanjak dari sebuah anime yang sama sekali tidak saya harapkan menjadi anime kedua yang saya tunggu-tunggu episode barunya tiap minggu (nomor 1 saya jelas tetap JoJo). Bagi Anda yang ingin anime slice of life, komedi ringan, dinamika hubungan “ayah”-anak, atau jailbait, anime Kuma Miko ini akan saya rekomendasikan tinggi-tinggi.
Kaptain: One hell of an iyashikei
Saat saya melihat premisnya, saya memutuskan untuk memilih anime ini dibandingkan Flying Witch untuk iyashikei musim ini. Agak kaget juga begitu melihat komedinya yang lumayan intens untuk genre ini pada umumnya. Sejauh ini, aspek negatif anime-nya adalah level fanservice yang jauh diatas manga-nya. Saya memang menghargai fanservice, hanya saja yang satu ini agaknya berlebihan.
It’s still an adorable romp though, Sejauh ini Natsu memegang posisi pertama untuk Dad of the Season saya.
Etherlite: DJ NATSU: THE DANCING KUMAMIKO – KAMIOROSHI No.38
Setting yang terkesan biasa saja dan episode 1 yang sedikit datar (selain SEXUAL HARASSMENT!!) membuat saya merasa tidak akan melanjutkan anime ini lebih dari 3 episode awal. Boy, I was wrong. Machi yang kelewat polos dan Natsu yang menjadi figur orang tua sukses membuat saya menantikan kegilaan apa yang akan mereka bawakan di episode berikutnya.
ricoricorii: Comedy of the season?
Saya kira awalnya Kuma Miko ini adalah anime slice of life membosankan. Tetapi bagaimana saya bisa lewatkan jika episode 1 nya saja sudah berhasil mengocok perut? Kepoloson Machi dalam usahanya untuk mengenal dan pergi ke kota sukses membuat saya ngakak dan terhibur!
meskiupun ada beberapa fan service yang cukup mengundang, anggep aja bonus!
The post [3 Eps Rule] Kuma Miko appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.