Sekuel langsung dari serial game dan anime yang tayang di masa-masa generasi saya baru mulai nonton anime lebih dari 1 dekade lalu, Utawarerumono: Itsuwari no Kamen datang tiba-tiba untuk menghantam saraf nostalgia para penikmat serial orisinalnya 10 tahun lalu. Apakah serial ini sukses bangkit kembali untuk diselesaikan dengan game dan anime barunya?
Kontras dengan serial orisinalnya, Itsuwari no Kamen mengisahkan Haku, seorang pria yang tiba-tiba tersadar di tengah hutan tanpa ingatan apa-apa mengenai dirinya. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Kuon, gadis nyentrik yang memberikan nama dan kehidupan baru untuknya. Bersama Kuon, Haku menjalani hidup baru dengan teman-teman baru di negara Yamato.
Prelude to Something Bigger
Jika dibandingkan dengan serial utamanya, Itsuwari no Kamen adalah 7 episode pertama dari Utawarerumono. Saya berharap bahwa Itsuwari akan kembali membawakan cerita dengan nada serius di tengah serialnya. Tapi setelah 12 dari 25 episode, harapan saya terkikis sedikit demi sedikit. “Mana action-nya?!”. Tapi ternyata hal ini memang karena Itsuwari tak lebih dari sekadar prolog dari apa yang akan kita temui di serial berikutnya, Futatsu no Hakuoro.
Bagi yang tidak punya ekspektasi apa-apa alias baru memasuki Utawarerumono, perkembangan dan cerita yang ada bisa tampak memuaskan. Apalagi semua karakternya like-able. Tapi bagi para veteran, tergantung harapan kalian seperti apa, anime ini bisa sedikit melelahkan dan datar, setidaknya sampai episode 20.
Smug Face Fiesta
Masih membandingkan dengan serial orisinalnya, Itsuwari no Kamen diberkati dengan perkembangan teknologi (dan mungkin bujet yang lebih besar) untuk bisa membuat anime ini dapat tampil dengan sangat bagus. Berbagai adegan lawakan yang menggunakan variasi animasi karakter (terutama di awal serial) memberi angin yang sangat segar bagi para penggemar kemonomimi dan ekor lucu itu.
Saya gak perlu menjelaskan lagi betapa ekspresifnya karakter-karakter dalam anime ini, diwakili oleh Kuon yang merupakan tambang emas smug face yang hanya bisa ditandingi oleh Sonokawa Momoka di anime airsoft gun banyol tahun lalu. Gak cuma wajah, kita juga main ekor di sini. Sayangnya mendekati akhir, adegan-adegan seperti itu jauh berkurang.
Who’s Who?
Anime ini punya banyak karakter. Malah cukup banyak sekali. Wajar mengingat skala cerita yang ingin dibawakan ke dalam keseluruhan 2 serial barunya. Saya sendiri tidak tahu di game-nya seperti apa, tapi anime ini punya masalah dengan karakternya, kita gak dikasih tahu siapa itu siapa sama sekali.
Anime ini hanya benar-benar menjelaskan karakter utama, Haku, dan beberapa karakter yang memang “dapat porsi” di sini seperti Oshutoru. Damn, bahkan sampai akhir kita gak dikasih tahu secara gamblang Kuon itu siapa dan apa. Melihat foreshadowing-nya, seharusnya kita diberi tahu di Futatsu no Hakuoro. Tapi kalau gak, awas saja. Nosuri itu siapa atau apa? Kenapa “maling” bisa punya loyalitas yang begitu tinggi? Nekone, yang sekiranya juga memegang peranan vital dalam cerita, cuma mendapat peran tsukkomi sampai akhir cerita.
Verdict: Itsuwari no Kamen ==> Futatsu no Hakuoro
Itsuwari no Kamen adalah appetizer dari Utawarerumono baru. Jika Futatsu no Hakuoro dapat memberikan apa yang telah mereka janjikan, keseluruhan serial baru ini bisa saya berikan cap kepuasan saya. Tapi jika tidak (atau malah gak ada lanjutan anime-nya), kita akan berasa seperti makan steak tapi hanya kentang dan salad-nya, dagingnya gak keluar-keluar dari dapur, alias PHP.
Mari dengan sabar tunggu pengumuman adaptasi anime sekuelnya. Kalau gak, ya berharap game-nya dapat bahasa Inggris. Kalau gak juga? Ya… udah. Kelar.
The post [Review] Utawarerumono: Itsuwari no Kamen appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.