Quantcast
Channel: Jurnal Otaku Indonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 16409

[Review] Live-Action Ansatsu Kyoushitsu: Graduation

$
0
0

Adaptasi live-action Ansatsu Kyoushitsu yang kedua memang cukup luar biasa, setelah 3 minggu dimainkan di bioskop-bioskop Jepang, film ini tetap berada di puncak tak tergoyahkan. Film ini juga mengalahkan rekor film pertamanya yang menurut saya jarang-jarang bisa membuat saya mengakui bagusnya suatu adaptasi live-action. Kalau kamu belum membaca review kami untuk film yang pertama, silahkan ikuti tautan berikut ini.

Namun apakah benar film tersebut memang jauh lebih baik dibandingkan dengan film pertamanya? Sama seperti anime-nya, film live-action ini juga akan mengikuti ending yang sesuai seperti manga-nya. Jadi setidaknya kamu tidak perlu takut ada ending orisinal lain seperti yang dilakukan oleh film live-action Boku dake ga Inai Machi.

JOI - ansatsu kyoushitsu graduation review (2)

Pada hari Kamis, 15 April 2016 lalu, JOI diberikan kesempatan untuk menonton adaptasi live-action ini di bioskop CGV Blitz Megaplex oleh kawan-kawan dari Moxie Notion. Seperti apa sih film ini menurut JOI? Berikut adalah bahasan kami.

It’s quite true to its adaptation

Selain mengikuti ending dari manga-nya, adaptasi live-action ini juga sangat baik dalam mengadaptasi cerita dari manga tersebut. Walaupun sebagai imbasnya, mereka harus bisa memotong cerita di kanan dan kiri, menghapus si A dan si B, memotong cerita si anu dan lain-lain. Menurut Nugrahadi, film ini memang memampatkan 4 arc dari manga-nya ke durasi film yang cukup normal, yaitu selama 2 jam. Tapi untuk ukuran film adaptasi live-action, 2 jam adalah durasi yang cukup lama. Kalo kata orang, gak rugi deh.

JOI - ansatsu kyoushitsu graduation review (7)

Menjadi makhluk modern, saya juga mendapati beberapa potongan-potongan adegan dari manga dan anime (baca: kena spoiler tidak bertanggung jawab) yang beredar di media sosial sebelum ini. It’s safe to say that the adaptation is definitely trying to live up to every scene. Salah satu adegan penting yang menggambarkan masa lalu Koro-sensei digambar dengan cukup baik.

They still have that awesome CG

JOI - ansatsu kyoushitsu graduation review (3)

Sepertinya mendapatkan budget yang cukup banyak dari film pertama, film kedua ini dibuat dengan cukup jor-joran. Pesta CG dan ledakan yang disuguhkan oleh film ini merupakan salah satu yang terbaik, kembali, untuk ukuran film live-action dan tidak dibandingkan dengan film-film Box Office Hollywood. Walaupun secara mengejutkan, Ansatsu Kyoushitsu berhasil mengalahkan Batman v Superman di bioskop-bioskop Jepang.

Also the solid cast

Para pemainnya masih membawakan karakter-karakternya dengan luar biasa. Masing-masing karakter memiliki ciri khas tersendiri yang sangat baik dibawakan oleh para aktor, terutama Masaki Suda yang memerankan Akabane Karma. Saya cukup terbiasa dengan Masaki Suda yang membawakan peran Phillip yang kemayu dalam seri Kamen Rider W; saya cukup kaget bagaimana dia memerankan Karma yang badung dan gemar berkelahi dengan sangat luwes. Dalam seri Kamen Rider W, Masaki cukup lembek seperti sayur, tapi saat menjadi Karma entah kenapa dia jadi lebih hard boiled daripada Shotaro.

JOI - ansatsu kyoushitsu graduation review (5)

Ryosuke Yamada yang memerankan Nagisa pun cukup baik dalam memerankan sang pemeran utama. Dia bisa terlihat sangat lembek di satu saat, namun seperti pembunuh terlatih di waktu lain. Sayang menurut Nugrahadi, Nagisa di film ini lebih sering terlihat seperti banci dibandingkan dengan trap. Tapi tidak hanya mereka berdua saja, para pemeran lain pun berakting dengan baik dan cukup meyakinkan sebagai anak SMP, walaupun muka-mukanya sudah tua semua.

It’s not bad but…

I guess, the first film is still better? Banyak hal yang dapat membuat saya berpikir seperti ini dan menimang berbagai faktor juga. Tidak membaca source material atau menonton anime-nya berarti saya hanya pernah menonton film ini dari satu sisi saja. Walaupun mungkin ini membuat judgement saya sebagai penonton tidak begitu lengkap, tapi ini berarti saya akan menilai film ini secara cukup akurat dari sisi orang yang tidak tahu apa-apa.

Yang pertama ingin saya bahas adalah pacing dari film ini. Film pertama memiliki alur cerita yang cukup baik dan hampir tidak terasa dipercepat. Namun mungkin karena memampatkan 4 arc terakhir sekaligus arc-arc penentu film ini, bahkan saya merasa film ini berjalan sedikit terlalu cepat. It’s not that fast that it becomes unenjoyable, but it’s definitely fast enough for you to realize there’s something odd with the story.

JOI - ansatsu kyoushitsu graduation review (8)

Mengingat film pertamanya benar-benar menyentuh hati, saya bahkan ingat saya memujinya sebagai salah satu dari sedikit (banget) film live-action yang dapat menarik keluar emosi. Ekspektasi saya akan film kedua ini mungkin agak terlalu tinggi, saya berharap film ini dapat menarik kembali butiran-butiran air mata yang sempat mengalir. Tapi pacing yang agak terlalu cepat membuat beberapa momen yang seharusnya bisa dibuat lebih sendu lagi hilang rasanya, atau mungkin memang air mata saya sendiri yang sudah kering, entahlah.

Simply putthis second film doesn’t have enough punch or ‘ooomph‘ that the first film gave me. Even Nugrahadi who had finished the manga said so.

Verdict: Good But Not First Film Good/10

Menilai film ini secara overall, saya rasa film kedua ini memang masih kalah dibandingkan dengan film yang pertama. Beberapa faktor penting seperti pacing dan klimaks yang udah nendang tapi masih kurang banget membuat film pertama lebih baik dari film ini. Apalagi film pertama tidak banyak menceritakan mengenai Koro-sensei. Ya memang sih, mereka menceritakan masa lalu Koro-sensei saat masih menjadi manusia, tapi saya butuh banyak dosis guru geblek kuning bertentakel yang suka melakukan hal-hal idiot itu.

JOI - ansatsu kyoushitsu graduation review (4)

Againit’s not entirely a bad thing that they cut Koro-sensei’s CG portion on the movieBecause Koro-sensei’s past is actually an interesting story by itself. Sama seperti Masaki Suda, Ryosuke Yamada, Maika Yamamoto, Kang Ji Young, dan masih banyak lagi pemeran lama yang sudah ‘teruji’ di film pertama; Kazunari Ninomiya, Mirei Kiritani, dan Hiroki Narimiya memerankan perannya masing-masing dengan sangat baik dan solid.

Then again, it might be the lack of bitch-sensei that makes me feel this movie is inferior to the predecessor.

Pada awalnya saya cukup heran dengan pencapaian film Ansatsu Kyoushitsu yang berhasil memecahkan rekor film pertamanya. Namun saya pun sadar seluruh review ini hanyalah pendapat saya saja. Bila dilihat secara sebuah film yang mengakhiri sebuah seriending dan penceritaan Ansatsu patut diacungi jempol dan menceritakan serinya dengan baik.

JOI - ansatsu kyoushitsu graduation review (6)

YesAnsatsu Kyoushitsu: Graduation tetap sebuah film yang sangat baik dan memukau, it has a lot of elements to keep you entertained. Mulai dari komedi, akting yang baik, cerita yang intense, dan pastinya ada fujobait di mana Masaki Suda dan Ryosuke Yamada ‘berpelukan’ cukup lama. Please squeal at the top of your lungs when that time comes. Tidak semesra Eren yang dielus Shikishima sih.

The post [Review] Live-Action Ansatsu Kyoushitsu: Graduation appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 16409

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>