PBB kembali mendesak Jepang untuk memperhatikan hak-hak para wanita, dan mungkin usaha mereka yang kali ini lebih tepat sasaran. Mereka meminta Jepang untuk lebih memperhatikan, dan menghentikan bisnis Joshi Kousei. Bisnis ini biasanya menawarkan layanan-layanan menarik bagi para klien yang biasanya berupa om-om yang mencari kesegaran daun muda karena joshi kousei artinya murid SMA.
Maud de Boer-Buquicchio adalah orang yang bertugas untuk mengawasi bisnis jual beli anak di bawah umur, prostitusi anak-anak, dan pornografi di bawah umur. Dia mengeluarkan sebuah laporan setelah berkunjung ke Jepang pada bulan Oktober lalu untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai bisnis joshi kousei tersebut.
“Bisnis ini cukup lazim di antara murid-murid SMP dan SMA dengan umur antara 12 sampai 17 tahun, mereka menganggap ini sebagai kerja paruh waktu dengan gengsi tinggi,” menurut laporanya dengan tambahan kalau “saat mereka bekerja, mereka biasanya diajak untuk melayani kliennya dengan layanan yang berbau seksual.”
Dia juga mencatat kalau bisnis ini memiliki banyak sekali bentuk, mulai dari berjalan-jalan saja, sesi foto bersama, sampai pijat memijat yang tentu oleh para gadis sekolah tersebut. Beberapa bahkan memperbolehkan layanan-layanan seksual dalam bekerja.
Buquicchio juga sempat bertemu dengan korban-korban bisnis joshi kousei tersebut dan juga bahkan korban prostitusi. Mereka ingin supaya bisnis joshi kousei tersebut dapat dihilangkan.
Menurutnya, walaupun usaha Jepang sudah “cukup membuahkan hasil” dalam hal menangani penjualan anak di bawah umur, prostitusi di bawah umur, dan pornografi, namun eksploitasi joshi kousei ini masih menjadi sebuah masalah serius di Jepang.
sumber: Japan-Today
The post PBB Meminta Jepang Untuk Berhenti Mengeksploitasi Bisnis Gadis di Bawah Umur appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.