Pada hari Rabu, 25 November 2015 lalu JOI dan rekan-rekan media berkesempatan untuk datang dan menyaksikan pemutaran perdana adaptasi live-action Corpse Party di Blitz Megaplex, Grand Indonesia. Film Corpse Party sendiri dibawakan oleh Moxie Notion dan mulai ditayangkan untuk umum pada tanggal 2 Desember mendatang di bioskop-bioskop lokal, jadi jangan lupa untuk menontonnya ya.
Jujur saja, saya sebenarnya paling malas bila harus menonton film horor, apalagi disuruh membuat reviewnya. Saya juga sebenarnya lebih senang bila menontonnya bersama lawan jenis, namun apa daya, takdir saya bila menonton film horor memang harus bersama lelaki. Saat menonton film Fatal Frame, saya harus puas dengan Dedemit, sekarang saya harus puas bersama dengan Nugrahadi.
Sedikit mengenai Corpse Party, film horor yang satu ini pada awalnya adalah sebuah game petualangan doujinshi yang dibuat oleh Makoto Kedouin. Game ini dibuat menggunakan software RPG Maker dan karena kepopulerannya telah menelurkan berbagai macam sekuel dan lokalisasi ke bahasa lain. Selain itu Corpse Party juga sudah diadaptasi menjadi seri OVA, drama CD, atraksi taman bermain, dan sebuah adaptasi live-action yang akan saya bahas setelah ini.
Seriously though, datanglah bersama teman wanita karena tidak ada artinya menontonnya bersama lelaki lain.
Blood everywhere
Salah satu daya tarik Corpse Party yang bikin saya paling males adalah banyaknya darah yang tumpah dalam film ini. Bagi kamu yang tidak suka melihat darah dan bagian tubuh yang terburai-burai mungkin sebaiknya membawa penutup mata bila kamu tetap ingin menonton film ini. Film ini memiliki tema gore yang kental, bahkan mungkin cara pembunuhannya lebih menyeramkan dari hantu-hantunya sendiri.
Namun kembali, saya yakin bila film yang masuk ke bioskop lokal sudah masuk ke dalam proses pemotongan, karena beberapa adegan ada yang terasa terpotong. It’s a good thing if you can’t stand the gore, but a let down if you expect some messed up scene. Untungnya kekuatan dari film live-action ini bukan hanya dari sisi gorenya saja.
It’s a pretty good adaptation
Bagi saya sendiri, ini bukan pertama kalinya saya dihadapkan dengan seri Corpse Party. Saya pernah membaca adaptasi manganya saat saya tiba-tiba kehilangan fokus di sebuah situs dengan inisial F. Walaupun saya belum pernah memainkan gamenya namun saya cukup ingat sebagian cerita dan estimasi durasi dari seri tersebut.
Jujur, durasi yang ditawarkan lebih lama dari perkiraan, 93 menit. Namun 93 menit tersebut dapat disulap sehingga terasa cukup lama, atau mungkin saya saja yang merasa filmnya kelamaan karena serem sendiri. Film tersebut juga dapat menceritakan serinya dengan cukup lengkap walaupun waktunya terbatas. Mulai dari urutan pembunuhan, cerita masing-masing karakter sampai konklusinya dapat diceritakan tanpa terasa terburu-buru.
Is it actually not that scary?
Corpse Party sendiri mungkin sebenarnya bisa seram, saya tidak meragukan hal itu, namun saya tidak merasa film ini lebih seram dari Fatal Frame yang lebih dulu tayang. Mungkin karena film ini tidak sepenuhnya menjadi film horor, tapi juga film thriller pembunuhan. Penjaga sekolah di bawah ini juga lebih terasa seperti zombie dan tidak seperti hantu yang mencekam. Walaupun kalau saya ketemu dia bakal lari-lari juga.
Tapi serius, lari deh, dia gak bakal bisa ngejer juga.
Saya juga merasa film ini kurang memiliki adegan-adegan mengagetkan yang biasa muncul di film-film horor, ada yang mengagetkan memang, tapi tidak banyak yang mengagetkan saya. Mungkin juga itu adalah efek sudah membaca manganya sebelum ini, mungkin bagi kamu yang sudah lupa atau belum mengikuti serinya sama sekali akan puas terkaget-kaget.
Characters, please stop being dumb
Salah satu hal yang paling membuat saya bingung saat menonton film horor adalah kenapa mayoritas karakternya selalu sangat, well, bodoh. Kalau ada suara mencurigakan, jangan kemudian malah didatangi, saat ada hantu mendekat, ingatlah prioritasmu untuk lari, kalau keburu tertangkap jangan teriak, baca ayat kursi. Namun tentu, saya tidak bisa berharap hal-hal di atas saat menonton film horor karena disitulah inti dari ceritanya.
Hal lain yang dapat dipelajari dari film ini adalah jealousy kills, dan jangan pernah remehkan perasaan wanita. Kombinasi keduanya dapat berujung menjadi perbuatan bodoh yang akan membuatmu gregetan saat menontonnya.
Verdict: Good watch but don’t expect anything great
Pada akhirnya, Corpse Party adalah sebuah adaptasi live-action yang solid dan cocok untuk ditonton tanpa merasa tidak puas. Ceritanya diadaptasi dengan baik, pacingnya baik tanpa terasa terburu-buru, bahkan akting para pemainnya pun terasa meyakinkan. Poin plus bagi kamu penggemar Nogizaka46 atau AKB48 karena Rina Ikoma bermain sebagai heroine utama film ini. Saya sendiri cukup puas dengan melihat Youko Kita bermain.
Bila kamu merasa belum puas dengan film ini di bioskop, mungkin kamu bisa membeli DVD Corpse Party Unlimited. Film Corpse Party edisi ini akan menayangkan bagian-bagian yang tidak bisa dilihat dalam versi bioskopnya, dan tentu bagi kamu yang senang menonton adegan film-film gore, kamu tidak bisa melewatkan edisi tersebut.
The post [Review] Live-Action Corpse Party appeared first on Jurnal Otaku Indonesia.